Buku yang Ingin Dibacakan Kekasihku

1 komentar
"Jadi bagaimana bisa?" Aku mengawali percakapan setelah tiga ratus meter kami terdiam menahan getaran di sekujur tubuh.

"Aku bilang kalau menginap di rumah teman." Renyah suaranya menembus gendang telinga sebelah kananku.

"Aman?" Bukan aku meragukan hanya memastikan.

"Asal kau pulangkan aku tepat waktu." Jawabannya seperti sebuah penekanan.

Aku tersenyum, tidak sedikitpun aku berniat menculikmu.

Matahari tak lagi bersinar garang namun cahayanya masih menyilaukan. Sedikit memicingkan mata sebab kami tepat menuju titik tenggelamnya matahari di cakrawala.

"Kita mau kemana?"

Lalu lalang kendaraan di sekitar kami tak membuat aku kehilangan fokus untuk mendengarkan suaranya bahkan jika tak malu ingin kukatakan bahwa detak jantungnya bisa kudengar dan itu yang membuatku tak henti pula berdebar.

"Hey..."

Masih menunggu waktu untuk menjawab, suka sekali mendengarnya merajuk.

"Hey, kau dengar aku tidak?"

Goncangan lembut di bahu kembali membuatku mengulum senyum, ahh mudah sekali baginya membuatku bahagia.

"Tunggu saja. Tempat kesukaanmu."

"Heemmm, baiklah. Aku ingin bercerita sesuatu."

"Tentang apa?"

"Buku yang kubaca."

"Nanti saja."

"Aku membawanya."

"Haah, serius?"

"Iya."

"Kalau begitu tahan dulu, bacakan saja di sana nanti."

Ingin rasanya aku memercepat laju kendaraan, tak sabar duduk berdampingan dengannya memandang langit dengan ribuan bintang-bintang lalu mendengar suara lembutnya menceritakan kisah dari buku yang dibawanya. Sudah kubayangkan, sempurna.

pantai parangtritis


Sembilan puluh menit berlalu dan tibalah kami di bibir pantai ketika matahari sempurna berganti posisi dengan bulan. Ombak bergulung berlomba menyentuh kaki, kerlip gemintang menghiasi langit, hembusan angin tak terlalu kencang dan pasir hitam ini berbisik semuanya akan sesuai rencana. Hingga tiba-tiba dia berbalik, berlari menaiki tangga, menjauh dari tempat aku membayangkan cerita sempurna lalu menangis tersedu di samping kendaraan kami.

Beberapa bapak penjaga parkir kebingungan hendak berbuat apa, aku memeluknya namun dia mengelak.

"Ada apa?"

"Pulang."

"Hah?"

"Pulang."

"Kenapa? Ada apa?"

Dia tak menjawab kecuali tangisan yang makin menjadi. Aku menuntunnya menjauhi kerumunan, dia menolak. Apa pun yang kulakukan dia tak mau beranjak dari sisi sepeda motor. Baiklah, kita pulang. Malam, titip dulu segala kesempurnaan pantai ini, semoga aku bisa membujuknya untuk mau kembali.

Sepanjang perjalanan pulang tak ada suara selain aku yang bertanya kenapa, tangisnya sudah reda namun setelahnya hanya bungkam.

Tak ada cerita apa pun setelah malam itu, aku mengantarnya pulang dan hidupku yang hening selama beberapa minggu ke depan. Panggilan tak terjawab, pesan tak terbalas, juga pintu yang terkunci setiap aku hendak menemuinya di rumah.

Kamu, kenapa?

--------------------+++++++++----------------

Mana aku tahu jika ternyata kekasihku membawaku bermalam di pantai. Tak perduli apa yang hendak ia tunjukkan dengan sempurnanya perpaduan desau ombak, kerlip bintang-bintang dan semilir angin. Bulu kudukku berdiri melihat lautan lepas tanpa batas. Sebelumnya aku pernah berdiri di panti ini, tak ada ketakutan yang sama.

pantai parangtritis


Laut yang manusia hanya mampu menerka seberapa dalam sesungguhnya tak benar-benar tahu apa yang sebenarnya ada di dasar. Api yang bergolak menahan marah melihat manusia-manusia bodoh mengotori keelokan tubuhnya. Manahan diri setiap permintaannya ditangguhkan oleh Pencipta, ahh laut saja menyadari statusnya hanya sebagai makhluk yang tak mampu berbuat apa-apa jika tak ada ijin Tuhannya.

Buku yang ingin kubacakan pada kekasihku menceritakan semuanya secara rinci. Tak ada yang tahu kapan Tuhan akhirnya mengijinkan air laut meluap dan meratakan apa yang dilaluinya. Aku hanya tak mau berada di situasi tersebut sebab kamu yang dengan bangga mengaku sebagai kekasihku saja belum berani mengambil alih tanggung jawab sepenuhnya dari Bapak. Maaf, rasanya tidak sebanding aku mengambil resiko sebesar ini.



Parangtritis yang diselubungi cerita mistis.
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar