Tidak Sesedehana Itu

2 komentar
07:15

Adikku entah dimana, mamah dengan centong di tangan menghampiriku yang sedang memasukkan ponsel dan beberapa perlengkapan ke dalam tas.

“Nasinya sudah matang, bawa bekal ya?”

“Enggak Mah, Ani mau berangkat sekarang.”

“Baru jam segini, Mamah ambilin ya.”

“Ani ke Kota, Mah bukan ke Solo Baru.”

Mamah berlalu, aku kembali sibuk.

Cek terakhir. Air mineral, hp beserta chargernya, alat tulis, dompet, tissue, semua aman di dalam tas. Jam tangan manis melingkar, jaket sudah melekat, kaos tangan, slayer, amaaan.

“Nih, makan dulu dikit,” Mamah kembali menghampiriku dengan nasi juga lauk. 

Melihat semua itu di depan mata sungguh menggoda, jika ditolak mungkin Mamah khawatir sebab aku melewatkan sarapan. Kuputuskan membuka mulut, bersiap menerima suapan.

“Duduk dulu,” aku menurut sambil melirik jam, sebentar aja lima menit nanti bisa dibayar dengan menaikkan kecepatan beberama kilometer, hhee.

Semakin dewasa aku merasa semakin manja, tak apa kan sama mamah sendiri. Fakta mengatakan waktu produktifku hilang di luar rumah, nanti saat aku kembali masuk rumah mamah sudah letih, terkadang hanya mengingatkanku untuk makan malam lanjut ngobrol sebentar lalu aku kembali tenggelam dalam duniaku sendiri. Jadi sekali-sekali disuapin nggak papa dong ya.

Tentang bekal, yah, seringnya semua sudah tersedia di atas meja, rapi dengan plastik dan siap angkut. Ini bukan tentang nasi beserta lauk pauknya tapi sesuatu yang mendasarinya, rasa sayang berlebih disaat kedua tangan beliau tak mampu merengkuh lajuku.

Kawan, terdengar sederhana bukan? Tapi percayalah tidak sesederhana itu jika kalian ada di posisiku.

Doakan mamahku sehat selalu yah juga bapakku, semoga aku bisa lebih lama mengukir senyum di wajah mereka, aamiin.

Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

2 komentar

Posting Komentar