Adikku
entah dimana, mamah dengan centong di tangan menghampiriku yang
sedang memasukkan ponsel dan beberapa perlengkapan ke dalam tas.
“Nasinya
sudah matang, bawa bekal ya?”
“Enggak
Mah, Ani mau berangkat sekarang.”
“Baru jam
segini, Mamah ambilin ya.”
“Ani ke
Kota, Mah bukan ke Solo Baru.”
Mamah
berlalu, aku kembali sibuk.
Cek
terakhir. Air mineral, hp beserta chargernya, alat tulis, dompet,
tissue, semua aman di dalam tas. Jam tangan manis melingkar, jaket
sudah melekat, kaos tangan, slayer, amaaan.
“Nih,
makan dulu dikit,” Mamah kembali menghampiriku dengan nasi juga lauk.
Melihat semua itu di depan mata sungguh menggoda, jika ditolak
mungkin Mamah khawatir sebab aku melewatkan sarapan. Kuputuskan
membuka mulut, bersiap menerima suapan.
“Duduk
dulu,” aku menurut sambil melirik jam, sebentar aja lima menit
nanti bisa dibayar dengan menaikkan kecepatan beberama kilometer,
hhee.
Semakin
dewasa aku merasa semakin manja, tak apa kan sama mamah sendiri.
Fakta mengatakan waktu produktifku hilang di luar rumah, nanti saat
aku kembali masuk rumah mamah sudah letih, terkadang hanya
mengingatkanku untuk makan malam lanjut ngobrol sebentar lalu aku
kembali tenggelam dalam duniaku sendiri. Jadi sekali-sekali disuapin
nggak papa dong ya.
Tentang
bekal, yah, seringnya semua sudah tersedia di atas meja, rapi dengan
plastik dan siap angkut. Ini bukan tentang nasi beserta lauk pauknya
tapi sesuatu yang mendasarinya, rasa sayang berlebih disaat kedua
tangan beliau tak mampu merengkuh lajuku.
Kawan,
terdengar sederhana bukan? Tapi percayalah tidak sesederhana itu jika
kalian ada di posisiku.
Doakan
mamahku sehat selalu yah juga bapakku, semoga aku bisa lebih lama
mengukir senyum di wajah mereka, aamiin.
Aamiinn...
BalasHapusSalam buat mamah ya..maaf kmrn ngga mampir. Malu blm mandi
#eh
Amiin
BalasHapus