Kenangan Mandi Air Panas

5 komentar
Seminggu ini keadaanku sedang tidak asyik untuk di ajak beraktifitas cepat, yah sedikit kelelahan. Tiga hari di luar kota sukses membuat kepalaku berdenyut ringan. Lalu janji bertualang dengan teman kerja sempurna membuat tubuhku ingin bedrest.

Ahh tapi tidak juga, jiwa muda yang masih menggelora memulihkan segera lelah meski malas kadang tertinggal. Kalau malas sepertinya bawaan orok, hhii.

Bergelut dengan debu jalanan mengharuskan aku untuk mandi agar gatal tak mengganggu lelap tidur malam nanti. Tapi yah, jujur dari dalam hati malas masih meraja hingga niat untuk beranjak ke kamar mandi nyaris tak ada.

Adzan magrib membuyarkan segalanya, keputusan harus segera di ambil. Baiklah aku mandi dengan air panas. Bukan air mendidih yang langsung aku guyurkan, logikaku masih jalan untuk mengingat aku hanya manusia biasa yang tak tahan panas yang terlalu.

Kawan, tak usahlah berdebat tentang baik buruknya mandi menggunakan air panas, ada yang lebih penting dari itu semua. Iya, kenangan.

Saat air hangat menjalari seluruh tubuh otakku langsung menarik segala kenangan di masa kecil, ahh aku tak bisa lupa. Kala itu saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak aku yang bandel sering kali berkilah jika disuruh tidur siang, kalau sekarang tak perlu dipaksa pasti kulakukan dengan senang hati, hhe. Akibatnya aku tertidur menjelang sore dan terbangun saat matahari baru saja tenggelam.

Mamah selalu menyuruhku mandi agar tak lemas badanku sehingga bisa belajar dan mengaji, air sudah dijerang jadi tak perlu takut kedinginan.

Itulah, mandi air panas selalu mengingatkanku tentang kasih sayang mamah, perhatiannya yang tak mampu dibalas dengan emas permata. Terlebih saat semakin dewasa interaksiku dengan mamah tak seperti dulu, sehat selalu ya Mah.

:)



Ingat-ingat ini saat kesabaran di ujung batas ngajarin mamah pake whatsapp.

 
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

5 komentar

Posting Komentar