Kau Pikir Siapa Dirimu?

4 komentar
Aku bersungut melihat ia datang menghampiri, hah mau apa lagi? Dasar tak tahu malu. Jelas aku marah sebab segala upaya telah dilakukan untuk menyadarkannya namun tak kulihat tanda-tanda ia akan memperbaiki tabiatnya. Harus bagaimana lagi? Tunggu, atau memang ia sudah bebal dengan segala macam kode yang kami sampaikan? Ya tentu saja bukan hanya aku yang geram, teman-temanku pun sama.

Pagi hadir dengan sinar hangat mentari yang merasuk ke dalam tubuh, memberikan denyut kehidupan. Ceria diwajah kami seharusnya bisa bertahan lebih lama andaikan bukan ia yang datang. Hari ini kami akan serempak membalas dendam atas apa yang telah ia perbuat, rasakan.

Wajahnya berulang kali tersenyum puas sebagai balasan pamrih atas kebaikan teman-temanku sebanyak ia akan kecewa mendapatkan perlakuan tak baik dari lainnya, aku termasuk dalam golongan lainnya tersebut. Peduli apa padanya, seseorang yang telah banyak menyakiti kami dan meminta kebaikan kami? Oh kumohon sadarlah.

Kami tak suka ia, sungguh tak suka. Tenang kawan kau tak perlu bersungut untuk menanti lebih lama penyebab dari rasa kesal kami. Begini lengkapnya.

Suatu pagi saat lampu-lampu penerang ruangan dimatikan dan makanan baru terhidang, dengan sukacita kami menikmati sarapan yang lezat, ahh berulang kali aku memuji koki yang pandai sekali mencampurkan segala bahan hingga menambah nafsu makan masing-masing dari kami.

Kemudian ingatlah kami bahwa hari ini adalah jadwal dimana sesuatu akan disuntikkan guna menambah kekebalan tubuh kami. Santai saja, kami tidak pernah cemas saat menunggu giliran, bahkan bercakap-cakap sembari melahap makanan berbahan baku jagung dengan gembira.

Satu persatu dari kami mendapat giliran, tak ada yang merasa itu sesuatu yang perlu diperhatikan maka kami tetap mematuki dengan gairah tanpa memperdulikan sekitar, sesekali dari sisi seberang teman kami berkokok, menggumamkan betapa lezatnya hidangan pagi ini, dia terlalu berlebihan.

Petok... petokk... petoooookkk......

Sontak kami semua panik mendengar salah satu teman kami menjerit, oh tidak apa yang terjadi? Segera kami memutar kepala menuju sumber suara. Tahulah kami meski petugas vaksinasi telah berlalu mereka meninggalkan sesuatu yang menggenang dimata salah satu teman kami. Mengetahui hal itu riuhlah acara makan pagi kami. Semua mengeluarkan suara gaduh, ingin berlari tapi teralis bambu mengurung kami.

Tibalah giliranku, aku menjauh dari tangan petugas yang mencoba untuk menjamahku. Namun tangannya yang panjang mampu meraih kakiku dengan mudah.

Satu detik... dua detik... tiga detik..... lelah sudah aku berpikir berapa lama waktu yang dihabiskan untuk mereka menarik kaki kananku, menyuntikkan cairan vaksin lalu mengembalikan tubuh lemahku dengan kasar. Hei, kalian pikir aku ini apa? Aku juga makhluk hidup yang punya hati. Jeritan kesakitan aku lengkingkan untuk memberitakan betapa aku kecewa dengan mereka tapi rupanya hanya dianggap sebagai angin lalu. Baiklah, tindakan nyata akan kau tuai besok. Tunggu saja.

Pagi ini saat ia kembali berkunjung, dan mendapati hanya sedikit kebaikan yang tersedia, aku begitu puas menyadari raut kecewa yang jelas terpancar dari wajah jeleknya. Tahu rasa. Aku dan beberapa teman yang puas menyadari hal itu bersorak riang, inilah akibatnya kau perlakukan kami dengan kasar.

Biasanya lebih dari lima puluh tumpukan eggtray penuh berisi telur terpampang di depan rumah kami, namun hari ini hanya ada beberapa lembar enggtray saja yang sanggup ia kumpulkan. Semoga ia paham sungguh kami hanya membalas segala yang kami terima sebab kami tak tahu lagi mampu berbuat apa.

Hai manusia, bukankah Tuhan telah menciptakan kamu dengan akal? Maka berlemah lembutlah terhadap sesama makhlukNya.




–------+++++-----------

Cerita ini ditulis berdasarkan hasil penelitian para ahli yang dilakukan guna mencari tahu hubungan perlakuan kasar terhadap binatang dengan tingkat produktivitas.

Yeay.. tantangan minggu ini berhasil. Tunggu, semoga pembaca paham ya saya sedang bercerita hewan apa, ahh masak iya kambing bertelur? bebek? bisa juga sih, tapi bagaimana bebek mengeluarkan suaranya? ahh sudahlah, anggap saja kalian paham, beres.
Terima Kasih.

#TantanganODOP


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

4 komentar

Posting Komentar