Pak Sopir

4 komentar
Seperti hari lainnya, pagi yang sama dengan suasana yang tak jauh berbeda. Sering disela-sela mengerjakan laporan aku merenung, hari ini apa ya yang akan membuatnya berbeda? dan hal itu yang membuatku lebih banyak mengamati sekeliling yang seringkali luput dari perhatian.

Mbak, pesanan olinya datang,” Kusnul teman satu bagian menghampiri mejaku untuk memberitahu.

Oke, makasi yaa”

Cepat sekali, aku membatin. Padahal baru tadi pagi aku menelpon untuk memesan oli mobil, dua jam berselang sudah sampai, biasanya butuh waktu dua hari dari pemesanan. Baguslah pelayanan yang diberikan luar biasa memuaskan.

Aku keluar ruangan untuk menandatangani surat jalan juga meminta nota tagihan, setelah itu mempersilahkan pengantar barang untuk menunggu sebentar. Truk berwarna dasar merah putih dengan tulisan besar-besar sebuah nama perusahaan nasional terparkir diseberang jalan, dua ratus meter di depan bangunan tiga lantai dimana aku mengamatinya kini.

Sopir laki-laki dengan keterbatasan kemampuan mataku yang minus tiga terlihat tengah sibuk memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya, oh ia sedang makan, mungkin sarapan sebab hari belum pantas disebut siang.

Kembali aku berkutat dengan stabilo, pena dan spidol warna-warni. Entah sejak kapan aku menyukai kegiatan menggabungkan beragam warna di atas kertas untuk membuat laporan formal, ahh ya sejak pak bos yang memintanya dan ternyata sangat membantu.

Mbak, sudah dibayar?”

Oh iya lupa”

Kusnul hanya menggelengkan kepala sebelum melenggang pergi menuju meja kerjanya.

Sedikit mengulur waktu lagi, uang tunai dengan jumlah pas terangsur kepada pengantar barang. Ia mencocokan dengan angka yang tertera pada nota sebelum menyerahkan kembali nota itu beserta surat jalan lembar pertama padaku kemudian dengan sopan berpamitan.

Aku mengamati hingga ia masuk ke dalam truk, menyenderkan kepalanya, mencari posisi aman sebelum melanjutkan perjalanan. Truk tersebut belum berjalan, ternyata pak sopir belum selesai menghabiskan bekalnya. Alasanku mengulur waktu supaya beliau tidak terburu-buru, terselip rasa haru terlepas mengapa beliau harus sarapan saat tengah menjalankan tugas, berbeda dengan kernet karena saat melaju pun ia bisa makan bahkan tidur. Pengalaman bekerjasama dengan sopir juga jadwal perjalanan yang telah direncakana hal ini seharusnya tidak diijinkan, korupsi waktu sebab mengulur lebih lama.

Pasti tidak tiap hari, hal yang aku semogakan.


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

  1. Keren Ci, aku hanya menemukan satu kata 'yang' pada ceritamu sepanjang inih, aku harus bisa mencontoh..hemmn..henm..uhmmmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku nemu banyak wiii... Malah bingung sama koreksimu mbak, hhaa

      Oooooo... Atau ini sindiran, hem :v

      Hapus
    2. Aku nemu banyak wiii... Malah bingung sama koreksimu mbak, hhaa

      Oooooo... Atau ini sindiran, hem :v

      Hapus

Posting Komentar