Gadis Sendu episode tujuh belas

3 komentar
Di sini kamu bisa membaca cerita sebelumnya..


Tak ada yang aneh di rumah Kak Frans, semua terlihat normal. Ya benar-benar normal. Ayahnya datang menyuguhkan teh hangat dan beberapa ubi rebus yang masih mengepul. Beliau berbincang denganku selama sepuluh menit lalu pamit untuk beristirahat. Kak Frans benar-benar menjadi anak penurut di depan ayahnya.
Pun tak banyak yang bisa kugali karena selebihnya kami hanya berdiam diri, menyesap teh perlahan sambil menguliti makanan empuk nan manis tersebut. Canggung aku menanyakan hal-hal pribadi, takut ayahnya mendengar. Tiga puluh menit aku mengundurkan diri. Senyum mengembang di wajah Kak Frans, sungguh begitu teduh.
**
Desuu, pusing benar kepalaku. Maukah kau antar aku ke uks sekarang?”
Tatapan gadis itu penuh selidik, astaga keringat dingin mengucur membasahi kening. Aku bukan penipu ulung dihadapannya. Tapi akhirnya ia mengangguk. Sebelum kami meninggalkan kelas, Desuu telah menitip pesan untuk mengijinkan kami kepada Pak Ario jika beliau datang nanti.
Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang kecil dengan sprei hijau muda, merenggangkan otot sebelum memulai percakapan serius.
Jadi... apa yang mau kau bicarakan denganku?”
Sungguh aku lupa, Desuu tahu segalanya hanya dengan membaca bahasa tubuh orang lain.
Ini tentang Kak Frans”
Ia mengangguk.
Aku kemarin bertandang ke rumahnya, sempat mengobrol dengan ayahnya...”.Sengaja menggantung kalimat, namun sial Desuu tetap tak merespon.
Dan saat pulang aku bertemu dengan Ical.”
Tebakanku salah besar. Seharusnya saat nama Ical kusebut ia terancam dengan informasi valid yang kudapatkan.
Dengar Desuu, kau sungguh terlalu berlebihan juga tidak sepantasnya berkorban sangat besar untuk preman macam dia.”
Desuu berdiri, menjauhi ranjang lalu menghilang di ujung pintu uks.
Ini menyakitkan, aku berharap Desuu akan menamparku karena telah berkata tak sopan tentang Kak Frans atau memakiku bahwa meskipun tuduhannya benar tak seharusnya aku mengatakan semua itu.
Kuputuskan untuk sejenak mengistirahatkan jiwa yang lelah, hingga gadis manis itu muncul kembali. Langkah kecilnya yang pasti mendekati tempat tidur, wajahnya tak mampu kutebak sedang memikirkan apa. Lirih ia berbisik, mungkin agar guru piket tidak mendengar.
Kau sungguh perlu beristirahat sekarang, temani aku melancarkan aksiku malam ini.”
Gadis itu pergi meninggalkanku dengan sejuta tanda tanya. Kali ini apa yang akan ia lakukan? Tiba-tiba bagaikan ratusan jarum yang entah datang darimana menusuk kepalaku, pening.


Bersambung...


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

3 komentar

Posting Komentar