Gadis Sendu episode enam

8 komentar

Silahkan baca juga :

episode 1 

 episode 2

episode 3 

episode 4 

episode 5 

Inilah waktu yang menyebalkan, Bu Hermin akan mengisi kelas hingga 90 menit ke depan. Itu berarti aku harus meninggalkan posisi ternyaman di samping Desuu dan bertahan dengan Rudi tanpa komunikasi yang menguntungkan. Mungkin harus kucoba untuk mengajari anak itu tentang bagaimana memulai sebuah percakapan, dan dia akan begitu berterima kasih, ahh mulia sekali.
Aku tidak begitu paham dengan pelajaran bahasa indonesia, setiap jawaban memiliki kemiripan juga membingungkan, tidak seperti matematika, fisika atau kimia yang pasti. Pelajaran ini hampir persis dengan kewarganegaraan yang jika kami berdiskusi akan suatu hal pasti menimbulkan kegaduhan karena perbedaan pendapat akan jawaban. Akhirnya dengan menahan kekalahan mencoba berlapang dada atas jawaban guru yang sama dengan kunci jawaban dan pastinya wajib diikuti. Hemm... nasib murid, terima sajalah.
Desuu akan tersenyum manis sekali mempersilahkan Lirna kembali mendapatkan hak atas kursinya, senyum yang menyakitkan.
Bu hermin hanya berbicara sepuluh menit di depan kelas, beliau memberikan waktu yang tersisa untuk kami menulis ulang berita yang dalam waktu dekat ini masih teringat di kepala, berita dari media tentunya. Aku tertunduk pasrah menyerah di awal pertandingan, bukan tidak punya tivi tapi adikku selalu mendominasi sepanjang hari. Radio sudah raib entah kemana, gadget? Hhiii, harus kuakui alasan sebenarnya adalah kemalasan akan membaca, terlalu cuek dengan keadaan sekitar, jika aku bahagia semua aman, simpel bukan.
Tentu saja Rudi segera sibuk dengan pena yang menari di atas buku tulisnya, pun begitu dengan teman-teman yang lain. Beberapa sedang menerbangkan imajinasinya dan tinggal aku sendiri yang setia menatap langit-langit kelas.
Waktu berjalan dengan cepat namun aku baru mendapatkan dua kalimat. Sekilas seperti Kak Frans melintas di depan kelas dengan blazer hitam osisnya. Tampan memang, tak heran banyak yang tertarik padanya, lelaki dingin. Jika sekali saja ia tersenyum, itu akan menjadi perbincangan teman-teman wanita sekolah kami selama sebulan, begitu gosipnya. Tampan dan dingin? Perpaduan yang memikat? Ahhh, aku tak paham dengan para gadis ini.
Suasana hening kelas mendadak terpecah saat Desuu menggeser kursinya berjalan menuju meja guru dan meletakkan dua kertas yang penuh dengan tulisan, “Bu, saya ijin ke belakang.”
Bu Hermin mengangguk.
Tidak... tidak... ia tidak mungkin akan ke toilet, ini pasti karena Kak Frans baru saja lewat. Aku mengangkat tangan, “Maaf Bu, saya mau ijin ke belakang.”
Kumpulkan kertasmu dan kau boleh keluar.”
Lesu. Arrgghhh... mulai sekarang aku akan membiasakan diri untuk membaca, merutuki diri sendiri.
Sekuat apapun aku mencoba tetap tak menghasilkan tulisan, ditambah pikiran tentang apa yang dilakukan Desuu dengan Kak Frans menjadikanku kian kehilangan konsentrasi.
Lima belas menit berlalu, Desuu belum juga kembali. Dugaanku pasti tepat.


Bersambung...
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

8 komentar

  1. Harus suka dong pelajaran bahasa indonesianya. Kalau ngga suka nanti nilainya E loh

    BalasHapus
  2. Weh...Desuuu...knp itu gak balik?

    BalasHapus
  3. dan keberadaan desu mebuatku bertanya tanya huhuhu

    BalasHapus
  4. Desu ngapain aja di belakang? Ditungguin loh

    BalasHapus
  5. Pasti dia lg PDKT sama kakak tampan.

    BalasHapus
  6. Kepo loh, Hihihii si desuu antri di toilet... :D

    BalasHapus

Posting Komentar