Gadis Sendu episode dua belas

4 komentar
Klik di sini untuk membaca cerita sebelumnya...


Hari setelah itu...
Aku masih suka bermain di padang ilalang di atas bukit bersama teman-teman sepulang sekolah. Namun segera sebelum matahari meredup seikat ilalang telah tergenggam, pulang bersamaku.
Senja menjadi pengingatku akan tragedi yang tidak menyenangkan, juga sosok anak lelaki yang mengerti arti ilalang. Akan berarti baik jika ia juga penyuka ilalang, mengajaknya bergabung dalam kelompok kami untuk bernyanyi diantara ilalang, bercerita dan menulis segala mimpi dibalik tingginya ilalang. Tak kan ada yang menganggu kami, hanya sinar mentari penanda waktu yang menemani.
Dek, hari ini ikut Ibu ke panti asuhan yuk?”
Mau ngapain kita kesana, Bu?”
Tadi pagi pamanmu minta tolong ke Ibu untuk nganterin beberapa bingkisan alat tulis ini.”
Mataku mengikuti telunjuk Ibu yang mengarah ke pojok ruang tamu, setumpuk tas kardus beraneka gambar telah tersusun rapi disana. Mataku mengerjap, “Ibu, boleh minta satu?”
Senyum mengembang di wajah teduh beliau, “Paman sudah menyiapkan khusus untuk Alicia, kita akan mengantar ini baru setelah itu mampir ke rumah paman.”
Aku melonjak girang, memeluk ibu. Merasakan kasih sayang yang mengalir menimbulkan rasa nyaman yang teramat.
Bersama Pak Min, Ibu membawa bingkisan menuju panti asuhan. Tidak terlalu banyak, mungkin hanya belasan saja sehingga semua bisa terangkut dalam becak tua beliau. Sepeda mini dengan ilalang kering di keranjang depannya membawaku mengikuti Ibu, menjaga agar jarak tidak terlalu jauh. Aku menolak untuk ikut Ibu di dalam becak.
Sambutan hangat dari Bunda Elin sangat meneduhkan, pantas saja anak-anak yang berada di panti ini merasa tinggal di rumah sendiri. Jangan tanya aku darimana mereka berasal atau kemana orang tua mereka, aku tidak tahu.
Mengelilingi panti adalah hobi yang tak membosankan. Ibu masih berbincang dengan Bunda Elin di ruang depan. Ilalang yang kubawa rencananya memang akan kubagikan pula untuk teman-teman panti. Mereka akan menerima apa pun dengan senyum gembira. Namun, kudapati keranjang depan sepeda miniku kosong.
Nyari ini?”
Napasku berhenti beberapa saat menyadari siapa yang berdiri di hadapanku.
Tangan kananku ditarik lembut dan dipaksa untuk mengenggam seikat ilalang.
Lain kali, kasih sesuatu yang masih baik dan segar untuk orang-orang yang kau sayangi.”
Aku mengangguk, baru menyadari bahwa ilalang ini baru dipetik. Bukan ilalang kering yang kubawa.
Hatiku menari-nari saat kesimpulan dan keyakinan berujung pada satu hal, anak laki-laki itu penyuka ilalang.
Dia mengulurkan tangannya setelah mengibaskan sisa-sisa debu juga mengelap di atas celana tanggung warna biru yang dikenakan untuk memastikan bersih.
Kenalkan namaku Frans”


Bersambung....
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

  1. Kenalin aku Lia..Gadis penyuka mawar#lohhh??😅😅😅

    BalasHapus
  2. oooohhh, frans yg diceritain dr kemarn tuh

    BalasHapus
  3. oooohhh, frans yg diceritain dr kemarn tuh

    BalasHapus

Posting Komentar