Kebijakan Pendidikan Akibat Pandemi

3 komentar
Kebijakan pendidikan akibat pandemi

Adanya pandemi covid-19 mewajibkan kita menahan diri untuk keluar rumah, bahkan untuk menekan grafik nasional yang terus meningkat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk di rumah aja, salah satu yang sangat berdampak adalah pendidikan. Tak boleh ada sekolah yang masuk, semua murid diliburkan selama dua pekan, awalnya hingga ketika angka positif korona tak kunjung berkurang maka waktu libur sekolah diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan.

Lalu, apakah hanya berdiam diri saja di rumah? Oh tentu tidak, pendidikan adalah hak segala bangsa, walau tak bertatap muka tak ada alasan untuk berhenti menambah wawasan. Ini adalah secuil pengalaman saya mendampingi suami sebagai tenaga pengajar di dua sekolah berbeda tingkat menengah atas.

Kebijakan pendidikan yang pemerintah gaungkan adalah belajar dari rumah sehingga ilmu pengetahuan yang telah disusun dapat disampaikan sesuai dengan waktunya. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan yang dapat saya rangkumkan berdasarkan fakta :

1. Fokus

Sebab tidak ada tatap muka langsung maka kontrol terhadap siswa pun mengalami kendala, bahkan ketika dilakukan tatap muka online pun, sulit menegur siswa yang tidak fokus dengan materi yang disampaikan. 

2. Keterbatasan Fasilitas

Suami mengajar di dua sekolah yang berbeda, Sekolah Menengah Atas Negeri tak banyak kendala ketika belajar dari rumah, gawai yang mendukung semua aplikasi yang dibutuhkan juga kuota yang selalu tersedia berbeda dengan keadaan siswa beliau yang berada di Sekolah Menengah Kejuruan Swasta, ada saja yang telat atau bahkan tak mengumpulkan tugas dengan alasan tak ada fasilitas untuk mengerjakannya.

3. Efisien Waktu

Jika di sekolah ada beberapa jam berulang di setiap minggunya untuk satu mata pelajaran, maka selama belajar dari rumah tak ada pengulangan. Entah ini baik atau tidak, sebab pasti ada materi yang tidak bisa disampaikan dengan rinci. Jika harus memaksa untuk sama persis dengan di sekolah pastilah akan sangat sulit, bukan saja kuota yang harus tersedia lebih banyak namun mata yang harus kuat menantap layar juga.

4. Penguasaan Materi

Pemberian soal secara online dan langsung dikerjakan dan dikumpulkan seketika itu juga menjadikan siswa harus mengerjakannya sendiri, sulit untuk menyalin milik teman, ini tentu sangat bagus, mengukur seberapa paham siswa akan materi yang telah disampaikan. Hasilnya? Ada yang bagus dan tentu saja tidak sedikit yang mendapat nilai dibawah rata-rata. Apa artinya ini? 

Itulah sedikit dari pengelaman saya melihat suami sebagai guru yang mengajar dari rumah, tentu tidak semua wilayah dan sekolah memiliki kendala yang sama, boleh ditambahkan di kolom komentar jika ada hal yang menarik dari kebijakan ini.

Kata orang, Indonesia memiliki seribu masalah dalam pendidikannya, mulai dari tenaga pengajar, fasilitas, orang tua bahkan dari siswanya sendiri.

Tenaga pengajar yang harusnya tak henti belajar agar ilmu yang nantinya disalurkan ke para murid bisa mengikuti perkembangan zaman, yah sebab setiap murid memiliki tantangan sendiri di zamannya, apa jadinya jika tenaga pengajar tak meng-upgrade ilmu mereka?

Fasilitas pendikan seperti sekolah, perpustakaan, alat tulis bahkan sekarang perangkat elektronik harus disediakan untuk menunjang pendidikan. Mau tak mau zaman digital seperti ini harus membuat kita mengikutinya jika tidak mau ditinggal dunia.

Orang tua pun tidak boleh sepenuhnya mempercayakan anak ke sekolah, oh tentu akan sangat sulit bagi para guru untuk mengawasi siswa yang berpuluh kali lipat lebih banyak. Jelas tidak boleh angkat tangan saja, anak-anak masih tanggung jawab orang tua masing-masing sepenuhnya, sekolah hanya membantu.

Nah, siswa juga tidak boleh abai terhadap kewajibannya sebagai pelajar. Rajin mengulang materi dan mengerjakan soal hanya salah satu dari banyak hal yang seharusnya dilakukan. Bertambahnya ilmu pengetahuan adalah tanggung jawab pribadi, mengaplikasikannya dalam kehidupan tentu oleh diri sendiri, guru adalah pembimbing jangan limpahkan semua tanggungjawab masa depan kepada nasib semata, bahaya.

Banyak, banyak sekali pekerjaan rumah tentang pendidikan Indonesia yang harus kita benahi, mari kita mulai untuk tidak berputus asa dan dimulai dari diri sendiri. Yuk ambil peran kita tanpa harus mencela peran orang lain. 

Semangat melakukan perubahan, kita bisa melakukannya bersama. Setuju kan?


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

3 komentar

  1. Setuju Kak. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang tentunya dimiliki sistem pendidikan kita. Kita harus optimis kalau kita bisa melakukan perubahan .

    BalasHapus
  2. setuju kak. Namun kondisi di Indonesia memang msh perlu banyak berbenah untuk menunjang optimalisasi pendidikan kita. Semoga semuanya dpt saling mendukung untuk melakukan perubahan lebih baik.

    BalasHapus
  3. Keponakan waktu ulangan yang ngerjain malah emaknya. Masih SD sih emangan. Ngebenahinnya dari sisi guru gimana, ya?

    BalasHapus

Posting Komentar