Cinta Pada Pandangan Pertama

3 komentar
Kepalaku masih menunduk, khawatir tiara yang berada di atas kepala terjatuh jika aku banyak menoleh. Faya menyenggol bahuku untuk kesekian kalinya, aku mendongak dan tersenyum, agak canggung, cemas kalau-kalau lipstik di bibirku kemana-mana, hhaa. Belum lagi maskara ini, duh aku benar-benar harus jaga sikap jika tidak mau merusak suasana hari bahagia ini.

"Wi, pulang sekolah ada acara?"

"Mau buat laporan acara milad kemarin Ris, kenapa?"

"Ikut aku sebentar yuk?"

"Kemana?"

"Ada yang mau ketemu sama kamu."

"Hhaa, becanda kamu, siapa?"

"Mas Yusuf."

Aku mengerutkan dahi, siapa pula orang itu, "Wali murid, Ris?"

"Bukan, guru sosiologi SMA Mutiara."

"Eh, satu yayasan sama kita?"

"Iya."

"Mau apa cari aku?"

Risa mendekatiku, menepuk bahuku yang terlihat berat memikirkan percakapan kita.

"Ayo ahh, keburu dia nunggu."

Anehnya aku ngekor saja saat Risa menarik lenganku menuju ruang tamu kantor SMP Mutiara. Angin siang yang semilir menerbangkan daun-daun kering, menjadi satu-satunya pemandangan yang bergerak, sekolah sudah sepi.

Di sofa berwarna marun telah menunggu dua orang laki-laki yang aku yakin salah satunya adalah Mas Yusuf. Duh, ada apa ini sebenarnya?

"Assalamu'alaikum," Risa membuka percakapan sembari kami duduk, bersebrangan dengan mereka.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh," kompak keduanya menjawab salam Risa, dan satu diantara mereka kutangkap melirik kearahku kemudian menunduk.

"Langsung saja ini Mba Dewi sudah di sini, silahkan sampaikan keperluan kedatangan kalian."

Hening, tak ada yang memulai percakapan. Aku semakin tak paham dengan keadaan, kenapa namaku yang disebut?

Dua hari berlalu dan aku malu-malu berbicara pada ibu. Respons Bapak membuatku semakin kelu, "Yakin Nduk?" Aku mengangguk.

Lalu di sinilah aku. Tak henti berdoa semoga Allah lancarkan lisannya. Ucapan suci yang mengubah segalanya.

Aku tak pernah ragu tentang jodoh, yang membuatku terharu adalah cara Allah menuntunmu untuk bertemu denganku.

Aku mendapat tugas untuk menjadi pembawa acara milad yayasan, dan kamu yang saat itu hadir terpaku melihatku di panggung. Mencari informasi tentang statusku dan tersenyum lega mengetahui aku belum terikat oleh siapa pun, selanjutnya seperti yang kalian tahu tentang pertemuan kami di ruang tamu sekolah.

Pagi ini, aku tersipu dengan cara-Nya yang menjadikan aku dan kamu menjadi kita.

Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

3 komentar

Posting Komentar