Aku suka memperhatikanmu diam-diam. Kepala yang menunduk sembari lincah tangan bekerja. Terkadang seulas senyum terlempar kala teman-teman menggodamu, ahh salah, menggoda kita.
Aku suka mendengar mereka menyebut-nyebut namaku yang bersanding dengan namamu, aku amin-kan setiap doa-doa baik mereka untuk masa depan kita. Tapi, apa kau juga merasakan hal yang sama?
Sungguh, katakan saja jika semua ini menganggumu. Aku akan meminta mereka untuk berhenti. Apalah arti sanjungan jika itu membuatmu tak nyaman.
Satu jam berlalu begitu cepat, engkau hilang dari pandangan.
Kini, saat tak ada lagi yang menarik untuk dilirik sepenuhnya aku fokus pada pekerjaan, terkadang bibir ini lirih menyandungkan bait-bait lagu syahdu, paling tidak mewakili rasa dalam dada.
Kau pasti paham, berisik mesin ini adalah penolong bagiku, peredam detak jantung setiap kita beradu tatap. Terkadang ada canda tawa di sini. Semua tentangmu adalah indah asal kau tahu.
Mesin raksasa ini mampu menghasilkan sekitar 315 buah sendok sop dalam satu jamnya. Namun tak segagah nampaknya, dia akan meraung bahkan meski satu shoot saja lolos tanpa terdeteksi sensor.
Begitupun aku yang juga makhluk ciptaan, akan bereaksi sama ketika kamu pergi, menghilang dan tiada berkabar. Jadi tolong, bisakah temui aku sebelum engkau pulang? Ijinkan aku menggantungkan harapan kepada Yang Memiliki-mu dalam bait-bait doa yang terbungkus abadi dalam bingkai senyum manismu hari ini.
Hati-hati di jalan, Dek.
--------------------------------
Pabrik injeksi, pada sudut hati yang penuh harap.
Posting Komentar
Posting Komentar