Tuhan hadirkan engkau, mengenggam erat jemari, menuntun lembut, perlahan menuju gerbang cahaya. Kembali menghirup udara segar, sekeliling tak hanya tembok hijau namun ada juga bunga berwarna-warni.
Gerimis membuatku gigil, membiru sudah bibir, memucat kulit wajah, keriput setiap ujung-ujung jari. Kau pergi untuk mencarikan kehangatan. Di saat itulah Tuhan kirimkan ia.
Mentari bersinar, pelangi menghiasi langit cerah. Kupu-kupu berterbangan indah, dengung kumbang terdengar merdu.
Hingga saat kau kembali, tersadar aku akan sesuatu yang tidak semestinya terjadi. Tuhan tidak kirimkan malaikat yang tanpa hasrat, Dia kirimkan manusia dengan segala keinginan dan ego diri sendiri.
Jika di belakangku adalah jurang, maka aku memilihnya untuk terjun. Gelapnya mungkin membuatku takut, namun tiada kuasa aku membuat satu diantara kalian semakin kalut.
Sekarang, lepaskan aku. Jangan lagi berharap padaku. Tak usahlah bertikai siapa yang lebih pantas, siapa yang lebih dahulu, siapa yang lebih berhak.
Tolong, ini hati yang juga tak ingin disakiti.
Kutitipkan pesan, mungkin memang hanya sesaat kebersamaan kita. Tuhanku lebih tahu tentang masa depan.
Aku mundur. Aku ingin kembali tersesat dalam labirin sembari belajar untuk mengucap doa.
Posting Komentar
Posting Komentar