Istri Panutan

2 komentar
Belva sudah menghilang entah ke mana, tapi kutebak ia menuju lapangan voli di samping rumah.

Nyonya rumah menghampiriku, ini waktu berharga baginya untuk menghilangkan lima puluh persen kegundahan hati dan lebih dari itu prosentaseku untuk menimba ilmu kehidupan dari beliau.

"Gimana mbak, Belva nakal?"

Aku tersenyum dengan sedikit gelengan kepala.

Ada yang berbeda, tadi dua jam yang lalu saat menyambutku beliau memakai daster ala kadarnya sekarang ketika malam kian sunyi penampilannya sempurna.

"Mau pergi, Bu?"

"Eh, enggak mbak."

Obrolan kami biasanya fokus dan saling menatap namun kali ini beliau tengah sibuk dengan hamparan krim, minyak wangi dan lipstik di depannya. Wajar jika kukira beliau hendak pergi.

Luwes jari kelingking itu menyapukan pewarna bibir dengan warna merah lembut, tidak mencolok, sangat cocok.

Aku masih bertanya-tanya, apa mungkin beliau sungkan sebab masih ada aku di sini? Ahh kiranya aku harus pamit segera.

Botol berkaca dengan cairan bening menguapkan aroma yang membuat tenang. Diratakannya mulai pergelangan tangan hingga tengkuk. 

Gerakan tubuhku kikuk, hendak pamit namun sungkan, satu dua kalimat masih beliau lontarkan sembari memoles wajah dengan segala macam kosmetik itu.

Lalu selintas ingatan menyadarkanku, ingatan yang membuatku malu, yang meyakini bahwa sekarang harus segera beranjak pulang. Untung saja beliau masih sibuk jika tidak akan kentara rona merah di wajahku.

Tiga puluh menit yang lalu Belva bertanya pada beliau kapan ayahnya akan pulang. Anak itu meskipun takut tapi selalu merindukan kehadiran sosok pahlawan keluarganya.

"Bu, saya hendak pamit."

Beliau menghentikan segala aktivitas. Senyumnya merekah menyiratkan rasa terima kasih yang teramat, lalu ucapan doa keselamatan mengiringi langkah kakiku meninggalkan teras.

Hingga belasan meter, aroma wangi masih tercium, wajahku panas, jika tidak tertutup masker maka akan terlihat bahwa masih ada senyum di wajahku.

Beliau tidak akan pergi ke mana pun. Segala bentuk mempercantik diri itu untuk seseorang yang dengan gagah telah mengambil alih tanggung jawab atas dirinya dari ayah kandungnya.

😉😉
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

2 komentar

Posting Komentar