Akhir Kisah Segitiga

1 komentar
Adzan subuh belum berkumandang saat dering telpon membuatku membuka mata. Riana.

"Hallo... apa Ri?"

"Hhee... maaf yah bangunin kamu."

Sebenarnya aku belum tidur, ada rasa yang tak bisa terlukiskan sejak semalam. Dadaku berdetak lebih kencang, pening menyerang, tapi bukan flu.

"Awas aja kalau bukan berita penting."

"Bulan sembilan aku nikah Ci."

Senyum terlukis di wajahku, pantas ia menelpon jam segini, terlampau bahagia untuk menyimpannya sendiri.

"Alhamdulillah. Kirim foto calonmu dong. Pengen liat."

"Hhaa... sama Fahmi. Kamu juga punya kali fotonya, hhaa."

Senyumku luruh. Firasatku tak pernah berdusta. Inilah akhir kisah cinta segitiga.

"Ci, ga nyangka ya. Fahmi sama aku, hhee.. kamu nyangka ga?"

"I... iiiyaa... ga nyangka Ri."

"Kemarin malem Fahmi maksa aku buat ngabarin kamu, akunya sungkan udah malem. Etapi dia maksa, ya udah demi mamas, hhee."

Hening. Dulu saat Fahmi memintaku mengatakan pada Riani apa yg terjalin diantara kami, aku menolak hingga kerumitan ini terjadi. Riani tak pernah tahu hubunganku dengan Fahmi selain sebagai teman baik.

"Waktu yang akan mengurai kerumitan ini." Begitu kata Fahmi sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi tanpa menoleh lagi kepadaku.

Benar. Waktu pula yang akan menyembuhkan setiap luka yang sudah tercipta.

"Ci... masih di sana?"

" Aman Ri.  Besok aku ke rumahmu ya. Kamu harus cerita semuanya."

"Siap Ci.."

Telpon tertutup setelah beberapa kalimat basa-basi. Akhir cerita sudah tertulis. Kamu, kenapa tak sampaikan sendiri?
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

1 komentar

Posting Komentar