39:53

4 komentar
Di sini aku sekarang, duduk menunduk di hadapan seorang perempuan dengan jubah longgar yang darinya senyum teduh terpancar.

"Sudah pernah nyantri?"

Aku menggeleng lemah, kepalaku sedikit terangkat namun tak ada keberanian untuk menatap.

"Punya hafalan?"

Kembali aku menggeleng, kali ini jemarinya lembut mengangkat dagu membuat mata kami beradu. Mataku menggenang, menyimpan tetes-tetes hangat yang siap jatuh seberapapun mencoba untuk tenang.

Kehangatan ia salurkan lewat genggaman tangan yang mengisyaratkan kesungguhan, "Allah akan mudahkan."

Waktu berlalu dari percakapan kami, tiada yang tahu sebab sungguh Allah menutup rapat setiap aib.

"Kurang tebal... dho... dho... ulangi... dho... dho... lidah naik ke langit-langit, sekali lagi...dho... dho... ."

Sepekan sekali aku berjuang untuk tahu, di bawah kesediannya dalam membimbing. Mengejar sebisa mungkin, menyadari keterlambatan di waktu yang lalu.

"Jelas... hukum nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf tenggorokan... jelas... tak ada ghunnah... jelas... ulangi... ."

Tiada lelah apalagi menyerah meski kadang senyumnya hilang saat aku terlupa, mengingatkan akan kewajiban juga janji-janji Allah yang pasti ditepati.

Di lain kesempatan tanyanya memenuhi ruangan, "Kapan waktu yang dianjurkan untuk membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Kaafiruun?"

Sibuk jemariku membolak-balik catatan yang telah sepekan berlalu, satu dua teman telah mengangkat tangannya, jelas bahwa mereka mengingat dan mempelajari meski telah keluar dari majelis. Jawaban terlontar sempurna, baiklah jika begitu saja terlupa lalu apa yang akan diamalkan? Aku menunduk dalam, meresapi pergolakan batin akan niat yang telah berbelok.

Belajar - Memahami - Mengamalkan. Di mana kesungguhan belajar jika tak ada kemauan untuk memahami? jika tak paham bagaimana bisa mengamalkan? Sekecil inikah keinginanku untuk berubah? Setipis inikah mentalku untuk menjadi pejuang amar makruf nahi mungkar?

Keinginan itu tiba-tiba muncul, menatap langit biru dari jendela kaca, ada tanya yang timbul.

Tuhan, benarkah Engkau mengampuni aku yang dulu?

Mengalun lembut firmannya yang mengabarkan berita gembira, Katakanlah, Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Di baris depan menghujam ke arahku, anggukan kepalanya menguatkan. Jalan hijrah tak akan pernah mudah. Tak kutahan lagi bendungan ini, ada rasa indah yang meresap bersama kehangatan yang hinggap.



Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

Posting Komentar