The Black Cat

8 komentar
Gerbong kereta listrik jurusan jakarta kota tiba-tiba lengang. Aku mendongakkan kepala, menengok kanan kiri, kosong. Semua penumpang mendadak turun di stasiun duri, satu stasiun sebelumnya dari stasiun aku berada kini.

Dua orang petugas mengepel lantai kereta, satu menyemprotkan cairan beraroma wangi kemudian diikuti satu orang lagi yang meratakannya ke seluruh bagian. Hatiku masih tenang, tapi...

Dua jam sebelumnya aku memasuki stasiun depok, menunggu kereta listrik di jalur 1 dengan sedikit melamun, kira-kira buku apa yang cocok menemani satu setengah jam perjalanan di dalam kereta? Belum ketemu saat suara dalam stasiun menggema, mengumumkan bahwa kereta akan memasuki jalur 1, aku bersiap bersama beberapa penumpang lainnya.

Gerbong kereta sudah terisi, beruntung aku masih mendapatkan tempat duduk. Keputusan untuk memilih buku sebagai teman perjalanan belum juga menemukan judul, kepalaku mengamati gerbong kereta yang bergetar melewati lintasan, bergoyang kesana dan kemari, dapat!

Sebentar lagi kereta anda akan berhenti di stasiun duri...

Perhatianku tidak beralih, misteri kastil megah beraura suram enggan untuk ditinggalkan.

Gerbong kereta listrik jurusan jakarta kota tiba-tiba lengang. Aku mendongakkan kepala, menengok kanan kiri, kosong. Semua penumpang mendadak turun di stasiun duri.

Buku bersampul hitam dengan gambar kucing bermata satu itu seolah menelan ketenanganku, aku abai saat Stephen King mengingatkan bahwa aku sedang memegang buku karya perintis kisah misteri atau suspense, dimana karya-karya beliau menginspirasi para penulis cerita misteri terkenal seperti Agatha Christie hingga Sir Arthur Conan Doyle.

Buru-buru aku menutupnya, memasukkan jauh ke dasar tas dan berpikir. Mandeg. Bukankah tujuan akhir masih setengah perjalanan lagi? kenapa sudah tak ada penumpang yang tersisa?

Gawaiku berdering, aku terlonjak, berlebihan memang, tapi situasi ini membuatku harus waspada pada setiap gerakan. 

Kereta kembali berjalan, semoga di stasiun berikutnya banyak penumpang yang akan naik. Buku itu tidak aku buka, mungkin pengaruhnya akan lebih mengerikan mengingat tidak ada satupun makhluk hidup sepanjang mata memandang.

Kereta berhenti di stasiun Angke, pintu terbuka, aku menunggu. Dua menit, tak ada satupun penumpang yang naik. Kereta tidak bergerak, aneh. 

Gawaiku kembali bergetar, ahh ya aku lupa belum mengangkatnya sedari tadi.

Satu nama terpampang di layar, membuatku menghela napas lega.

"Ha..loo..."

"Dimana, lama amat?"

"Di Stasiun Angke."

"Loh kok? turun, kamu salah kereta."

Di luar gerbong, seekor kucing kampung hitam berjalan santai.


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

8 komentar

  1. Ahahaha, awas loh di duri serwm stasiun nya 😂😂😂

    BalasHapus
  2. Duh bahaya itu. Tulisan Ciani tambah lama tambah oke

    BalasHapus
  3. Duh bahaya itu. Tulisan Ciani tambah lama tambah oke

    BalasHapus
  4. Horornya dapet. Pendek tapi bikin merinding. Jadi inget dulu pas sma pernah nonton kabaret yang temanya begitu

    BalasHapus

Posting Komentar