Velodrome

4 komentar
Perlahan aku mengendarai sepeda motor dengan kecepatan setara dengan orang berjalan kaki. Aku tak mengenal tempat ini bahkan baru pertama kali memasuki area ini.

V.E.L.O.D.R.O.M.E

Kepalaku mencari di setiap bagian, baiklah di tempat seluas ini tidak mungkin mudah untuk menemukannya.

"Maaf pak, velodrome terletak di mana ya?" tanyaku pada salah seorang berbaju batik yang duduk di tempat parkir sepeda motor.

"Itu mbak," beliau menunjuk sebuah bangunan di belakangnya.

Aku menatap ke arah tersebut, tempat apa itu? berbentuk bundaran.

"Yang kecil namanya Velodrome kalau yang besar stadion," lanjutnya.

Aku mengangguk, "Terima kasih, Pak," ujarku pamit.

Banyak orang yang berlari di lingkaran luar velodrome, membuatku menepikan sepeda motor dan duduk di bangku taman yang sudah disediakan. Mengamati segala kesibukan di depan mata.

Tak jauh dari velodrome terdapat arena sepeda motor, dua pengendara sedang memperlihatkan atraksi mengendarai motor di atas satu roda, aku bergidik ngeri tapi banyak pasang mata yang tak mau melepaskan pandangannya ke arah lain.

Jauh di sana, di samping pintu keluar, lapangan tenis penuh dengan bola-bola hijau yang berloncatan dengan irama yang teratur.

Tempat ini, kenapa baru sekarang aku mengenalnya?

Langit di sore ini cerah, daun-daun menari tertiup angin sepoi. Aku bersama beberapa orang memilih duduk di area taman sebelah velodrome, menikmati setiap nyanyian alam yang berpadu indah dengan langkah kaki para pelari.

Tiba-tiba kamu sudah di hadapanku, peluh membanjiri kening, membasahi kaos hingga membentuk tubuh. Senyum merekah lalu menjitak kepalaku.

"Kemana saja?"

Aku mengaduh, tanganmu mengelus lembut di tempat yang sama, mencoba mengobati luka mungkin.

"Aku tersesat."

Kamu tersenyum, "Menurutlah lain kali yah?"

Aku mengangguk.

"Besok minggu depan aku lomba, jika kau tak datang untuk melihat maka aku akan marah sekali."

Pura-pura aku mengerutkan dahi seolah berpikir, kamu sudah siap untuk menjitakku lagi tapi aku lebih sigap menghindar.

"Aku serius, berjanjilah untuk datang."

"Baiklah, aku berjanji. Ngomong-ngomong velodrome itu apa?"

Kamu tersenyum, manis sekali.

"Velodrome adalah arena balap sepeda dan sepatu roda."

Anggukan kecil menandakan kepahamanku.

"Baiklah, mulai saat ini kau harus mengenali semua hal yang berhubungan denganku. Biasakan dirimu, aku ini atlet."

"Kenapa harus?"

"Karena kau sudah jadi bagian dalam hidupku, kau harus tahu segalanya. Paham?"

Pipiku memerah.

"Hey, paham tidak?"

Aku menggeleng dan berlari. Tapi aku lupa dari siapa aku menghindar, mudah saja kamu menangkapku dan kini tangan kekar itu telah sempurna mengunci langkah kakiku.

"Mau menantangku berlari?"

Deretan gigi putih yang terlihat menjadi penolakanku. Kamu duduk di sampingku, diam.

"Kita pulang yuk."

Aku menggeleng.

"Pulang."

Kembali aku menggeleng.

"Pulang atau kupeluk kau di sini?"

"Oke kita pulang."

Velodrome juga segala bagian dalam tempat ini akan menjadi rutinitas tambahanku selanjutnya. Kamu, kayuhlah sepeda sekuat tenaga. Tak usah risau berlebih akan kemenangan sebab di hatiku kaulah juara.


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

  1. Ini bahaya kalau si sulung tahu lokasinya.. repottt saya...

    Aih endingnya berasa pengen gigit coklat..

    BalasHapus
  2. Di kalijodoh ada tuh velodrome 😂😂

    BalasHapus
  3. Baru tahu dik saki...istilah baru nih

    BalasHapus

Posting Komentar