Makna di Balik Undangan Pernikahan

1 komentar
Matahari belum sempurna menampakkan sinarnya namun engkau sudah gelisah berada di depan rumahku. Senyum hangat menyambut kedatanganmu, tahu kah aku bahkan sudah mandi.

Selalu ada ceria tentang hadirmu, aku suka.

Masih di atas motor saat engkau mengangsurkan plasik hitam yang segera aku terima. Perlahan dan seksama membaca nama yang tertera. Mulutku yang terngaga sulit sekali untuk menutup, terpaksa telapak tangan kanan mengambil alih tugasnya.

Senyum darimu menjawab semua, ini nyata.

Ahh, andai bisa kuabadikan, harusnya engkau tahu betapa berbedanya mimik wajahmu itu. Aku terlalu sibuk mencerna ini semua.

Kita duduk di teras, undangan itu berserak di atas meja, aku membuka satu atas namaku. Mataku berloncatan cepat membaca tiap baris pemberitahuan tempat walimahan, tanggal dan tentu tak lupa jam pelaksanaan.

Sekali lagi, nama mempelai.

Aku menjerit tertahan, tidak percaya, tapi kembali engkau tersenyum mengiyakan.

Hingga mungkin jengah, engkau kembali menjadi pribadi tak tahu malu di hadapanku, tertawa terbahak-bahak akan keherananku.

Baiklah, aku mulai tersadar. Satu persatu pertanyaan terlontar dan engkau menjawab dengan malu-malu.

Aku bahagia untukmu, sungguh, andai kau wanita sudah kupeluk erat tubuhmu.

“Aku share grup kelas ya?”

Gelengan cepat menjadi jawaban. Aku terkikik.

Ahh, terimakasih ya telah percaya padaku untuk menyampaikan berita baik ini. Kawan, aku belajar banyak padamu akan satu hal. Nanti dulu lah, sekarang aku harus memberikan doa semoga Allah membersamaimu hingga acara selesai, memudahkanmu melafalkan akad hingga halal wanita itu untuk berada di sampingmu.

“Insya Allah aku datang.”

Engkau tersenyum mengangguk.

Bagaimana bisa aku tidak datang, aku ingin melihat sosok wanita itu, seseorang yang membuatmu berani berkomitmen dalam hitungan jari satu telapak tangan. Padahal engkau, yah, aku masih tidak percaya. Kenapa engkau yang lebih dulu?

Oh ya, inilah akhir yang harus aku sampaikan. Terimakasih ya sudah menunjukkan kebesaran Allah langsung padaku. Teguran keras bahwa kitab suci bukan hanya untuk dilafalkan secara tartil, lebih dari itu, banyak ayat yang harus dipelajari kemudian diamalkan.

Sebuah ketentuan yang pasti.

Aku bercermin, menatap dalam kedua mataku sendiri.

Hey, kamu, yang dengan bangga menyatakan diri beriman. Umur, Rezeki, Jodoh dan Kematian yang sudah tertulis pasti... kenapa masih selalu ragu akan hal itu?


-----++++------

Teruntuk teman-teman Ipa 1, tulisan ini untuk melengkapi rasa penasaran kalian. Hhii, maaf yah, saya hanya menjalankan amanah tapi gatel juga kalau ga buat rusuh grup. Aku hanya ingin melihat ekspresi kalian saat membaca nama mempelai.. luv u all.
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

1 komentar

  1. Barakallah, untuk yang akan menikah...
    Semoga yang teramat merindukan hari itu (siapapun itu) , lekas Allah jumpakan dengan ia yang tertulis untuk hidup bersama.
    Kerana jodoh telah pun Allah tetapkan waktunya...
    Ehm,

    BalasHapus

Posting Komentar