Oh, ternyata

4 komentar
Aku sedang tidak mengerjakan apa-apa saat dering telpon berbunyi.

Nomor baru memanggil.

Siapa ya?

"Hallo."

Suara dari seberang jelas terdengar, laki-laki.

"Iya,ada yang bisa saya bantu?"

Seseorang di ujung telpon menyebutkan satu nama, aku coba mengingat-ingat siapa gerangan, ah ya, tetangga desa.

"Ketemu bapak? Oh iya, maaf sudah berangkat."

Aku menjawab saat dia mengatakan bahwa tadi pagi mencariku ke rumah. Mungkin jika lebih pagi masih bisa bertemu denganku, eh, tapi lebih baik tidak bertemu. Pasti dia akan ngobrol panjang, bisa telat deh brangkat kerja.

Selanjutnya aku mengangguk saat dia akhirnya memutuskan untuk meminta nomer telponku langsung sama bapak.

Hebat nih orang, nggak nunda-nunda waktu. Serius banget.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Akhirnya pertanyaan itu muncul lagi, abisnya nggak dijawab-jawab sih.

Dia pun bicara, aku cermat mendengarkan. Benar saja hal yang tidak bisa ditunda-tunda lagi. Bahkan aku harus menjauh dari teman kerja, mencari ketenangan agar tak ada hal terlewat yang dia sampaikan.

"Serius?"

Dia mengiyakan.

"Nanti malem, datang lagi ke rumah ya?"

Dia kembali mengiyakan.

"Harga telor 16000/kg, uangnya titipin bapak aja. Nanti barangnya aku bawa."

Cuma mau titip telur ayam ternyata.
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

Posting Komentar