Kepingan Rasa Puzzle 24

3 komentar
Puzzle sebelumnya di sini


Pelajaran kimia usai, aku segera keluar ruangan, ya, apalagi kalau tidak hendak mencari Gilang. Entah bagaimana jadinya kalau tadi ia tidak menolongku, pasti aku yang berada di lorong dan absen mengikuti pelajaran.

Rasa berterimakasih yang teramat telah mendorongku untuk segera beranjak, tak menghiraukan tatapan heran Agni terlebih Dania dan Raiya yang sama sekali tidak tahu.

Dania bertanya padaku namun aku tak menggubrisnya, maaf ya, saat ini mungkin Gilang sedang dalam keadaan tidak baik. Dihukum oleh Pak Arif mungkin saja mengguncang jiwanya, ah, dan ini semua akulah penyebabnya.

Tiba di lorong kuedarkan pandangan ke seluruh arah, tak ada, kemana Gilang?

Aku hendak berbalik, mungkin Romeo tahu keberadaan sahabatnya itu, hingga seseorang memanggil namaku lembut. Aku menoleh.

"Angga?"

"Hey, ketemu lagi, hhee," balasnya dengan senyuman.

"Ngapain kamu di sini?"

Angga terlihat salah tingkah, menggaruk kepalanya yang ikal, "Jalan-jalan."

Aku mengernyit, aneh, "Eh Ga, kamu tahu Gilang nggak?"

"Gilang? Loh bukannya kalian satu kelas ya?"

"Iya benar, tapi ia dihukum."

Wajah Angga biasa saja, seolah Gilang dihukum guru bukanlah berita mengejutkan.

"Hey, kamu tahu tidak?"

Angga menyelidik ke wajahku, "Kenapa kamu tanya-tanya Gilang?"

Aku menunduk, "Karena ini semua salahku."

"Loh, kok jadi sedih. Tenang, kita cari tempat yang nyaman, nanti aku bantu cari Gilang."

Kami berdua mencari tempat duduk tak jauh dari pintu, aku menceritakan secara singkat tentang kejadian di kelas. Angga mengangguk kecil tanpa menyela sedikitpun.

"Oh, tenang saja tak usah merasa bersalah."

"Maksud kamu?"

"Gilang itu hobinya dua, selain makan ya dihukum."

Derai tawa Angga tak sedikitpun memperbaiki perasaanku. Mengetahui aku tetap murung, Angga segera menghentikan tawanya, "Maaf ya Ci, aku nggak bermaksud."

"Nggak papa."

"Kamu nggak perlu sedih lagi, nanti juga Gilang balik ke kelas."

Aku mengangguk, "Tapi Ga, tadi kamu mau bantu aku nyari Gilang kan?"

Angga beranjak, senyum manisnya menghiasi wajah. Kulitnya yang terbakar matahari menjadikannya terlihat gagah. Kalau saja aku sedang tidak mencari Gilang pasti akan sangat menyenangkan bisa berbincang dengannya.

"Aku tahu kok Gilang dimana."

"Dimana?"

"Mudah saja, di kantin."

"Yakin?"

"Baiklah, akan aku buktikan untuk memuaskan pencarianmu."

"Kamu beneran mau cari Gilang untuk aku, Ga?"

"Aku kan sudah berjanji. Lelaki itu pantang mengabaikan janjinya, terutama pada gadis manis sepertimu."

Aku belum juga menyahut tapi Angga sudah menjauh, menuju kantin.

Gilang... kamu di mana sih?

Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

3 komentar

Posting Komentar