Kamu dan Hujan

3 komentar
MARET-orang sepuh jawa bilang jika kepanjangannya adalah Mak Ret, maksudnya hujan yang turun hanya sebentar saja, segera reda. Tapi itu dulu saat musim hujan dan musim kemarau kentara sekali bedanya, sekarang? entahlah.

Seperti saat ini, aku baru saja selesai menunaikan salat ashar saat gelegar bunyi guntur terdengar. Sebelumnya angin bertiup kencang seolah ingin menerbangkan apa pun yang dilaluinya. Mendung pekat datang tiba-tiba, membuat kota Solo semakin mencekam. Tak lama langit menumpahkan muatannya dengan serta merta, tak ada gerimis, langsung deras.

Kawan, jangan lupakan jas hujanmu ya.

Cahaya kilat menjadi pertanda awal detik-detik suara guntur, seperti yang aku pelajari di bangku sekolah bahwa semakin terang cahaya yang ditimbulkan oleh kilat maka suara guntur akan semakin nyaring terdengar. Beberapa kali kami dikejutkan oleh kilau cahaya tersebut, membuat bibir tak henti melafalkan doa, memohon perlindungan.

Beberapa saat kemudian ketika semua indera terbiasa dengan hujan deras beserta petir juga kilat kami kembali ke tugas masing-masing. Sore, sudah agak longgar, banyak pekerjaan yang terselesaikan.

Aku melirik ponsel, tak ada sinyal, SOS. Baiklah. Padahal akan sangat tepat waktu aku menggoda seseorang di sana, seseorang dengan khawatir berlebih terhadapku, hhaa.

Entah apa yang membuatnya kalut saat aku mengatakan akan menikmati guyuran hujan tanpa menggunakan jas hujan, tapi akhirnya aku nurut saat dia melarangku. Meskipun bisa saja berbohong, toh dia juga tidak bakal tahu kan?

Hujan selalu membawa kesegaran yang berbeda, itu tidak serta merta membuatku lupa diri akan ketahanan tubuh yang sedang di bawah.

Hey kamu, tenang saja, perjalanan tiga puluh menit tidak mungkin aku lalui tanpa pelindung di bawah jutaan butiran air langit. Aku cukup waras untuk mengerti bahwa tak lama, mungkin sepuluh menit di awal tubuhku akan menggigil, mulutku membiru, tangan dan kakiku menyerupai nenek tua, keriput, dan pening menghampiri. Jika itu terjadi maka akan semakin lama aku tiba di rumah, jarak pandang yang mengkhawatirkan membuatku tak mampu beranjak dari angka 40.

Nah, jika suatu saat aku mengatakan akan membiarkan tubuhku diguyur hujan, maka itu tidak benar, keadaanku tidak memungkinkan untuk itu semua. Kecuali satu, ingin sedikit kau perhatikan, ups.



Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

3 komentar

Posting Komentar