Bioskop
Solo Grand Mall ba'da magrib hari rabu, kan?
Baiklah,
aku sudah sedia di sini sedari tadi, pukul lima lepas kerja dan hanya
butuh sepuluh menit untuk sampai ke salah satu mall di Kota Solo
yang masih ramai dikunjungi meski mall-mall baru telah banyak di
bangun.
Kuurungkan
niat untuk membeli tiket terlebih dahulu sebab kaumengatakan akan
bersama membeli tiket, film yang diputar semuanya belum kutonton dan
menarik minat juga begitu denganmu. Alasan selanjutnya jam tayang
mungkin tidak akan cocok karena jarak rumahmu dengan mall ini lumayan
makan waktu, takut ketinggalan di bagian awal.
Ahh ya,
terimakasih ya sudah mau menuruti permintaanku.
Pagi tadi
kau mengabarkan bahwa pulang dari perantauan dan meminta maaf sebab
tak ada oleh-oleh untukku, tak apa, oleh-oleh bukan hal yang
terpenting. Asal kaumengerti bahwa oleh-oleh hanya satu dari sekian
cara untuk dapat bertatap muka denganmu. Aku rindu.
Sebagai
gantinya kaumenawarkan apapun untuk mengobati kecewaku dan aku
memintamu untuk menemani menonton film teranyar di bioskop.
Senang hati
kaumengiyakan.
Bioskop
adalah tempat dimana aku bisa lama berada di sampingmu, dalam diam,
tak perlu canggung sebab tak mampu berkata apa-apa. Tidak perlu juga
bingung menutupi rona wajah sebab gelap bioskop mengambil alih tugas itu.
Salat
magrib aku tunaikan di mushola mall, yah meski harus berdesakan
dengan ratusan orang yang juga berniat sama. Tak
ada masalah dengan toilet ataupun tempat wudhu, hanya tempat salat
yang kurang memadai menampung umat yang ingin tepat waktu menjalankan
panggilanNya. Ngantri tak masalah.
18:30
Dimanakah
dirimu berada?
Aku
masih menanti, mungkin kelelahan dan tertidur hingga magrib harus
dilaksanakan di rumah, barulah setelah itu menuju kemari.
Berniat
menghubungi sekadar memastikan bahwa kau tidak lupa akan malam ini,
tapi tidak jadi. Aku percaya kau ingat.
19:00
Ahh,
aku sungguh tidak sabar bertemu denganmu. Terlalu cepat waktu yang
digunakan untuk menempuh perjalanan sejauh dua puluh lima kilometer.
Sebentar lagi, ya sebentar lagi kau pasti datang.
19:30
Belum,
belum waktunya untuk gelisah, loket masih dibuka, jadwal pemutaran
film terakhir masih nanti pukul 22:00. Bioskop semakin ramai dipadati
oleh pengunjung, aku tak merasa kesepian. Hanya pendingin ruangan
sepertinya bekerja terlalu keras hingga membuatku sedikit menggigil.
20:30
Baiklah,
saatnya menghubungimu.
Telponku
tersambung, namun tak ada jawaban. Pasti
di jalan. Jadi aku hanya mengirimkan pesan bahwa aku masih menunggu
di bioskop, khawatir kau menyangkaku pulang.
22:00
Apa
kau terjebak macet?
Tak
ada telpon darimu, pesanku juga tak terbalas.
Hei,
loket sudah tutup, sepertinya kita undur yah nonton barengnya.
Aku
menunggu gedung bioskop sepi setelah itu baru memutuskan akan pulang.
Kulirik ponsel, tak ada berita darimu. Baiklah, aku pulang ya.
Oh
ya, aku tidak marah, tenang saja. Aku tunggu penjelasan darimu ya, aku masih memiliki keyakinan bahwa kau tak akan membiarkanku menunggu lama, keyakinanku tidak salah kan?
nunggu siapa De
BalasHapusHm.. menunggu someone yang ingkar janji.. tapi semoga saja bukan karna disengaja ya mbak Ci.
BalasHapus