Ateliya

3 komentar
"Hey siapa kamu?"

Seseorang yang sepertinya sedang sibuk di balik meja itu terkejut mendengar suara dari balik tembok. Tubuhnya bergetar, tamat sudah riwayatnya. Siapapun yang memergokinya bukan berita yang akan berakhir baik.

Perlahan ia membalikkan tubuhnya, menundukkan wajahnya, menyadari kesalahannya dan melawan bukan hal yang diinginkannya. Keluarga Kerajaan terlatih menggunakan senjata maupun bertarung tanpa senjata, meskipun ia juga terlatih namun sungguh tak ingin ada pertumpahan darah lagi.

Tidak ada siapa pun.

Apa ia berhalusinasi?

Sudah hampir tiga puluh enam jam ia berada di Ateliya ini, meracik ramuan untuk membebaskan ayahnya. Tuduhan yang diberikan oleh Bangsa Elvar sungguh keji, hingga membuat ayahnya terkurung dalam penjara bawah tanah dengan siksaan yang tiada henti.

Baiklah, mungkin seharusnya ia beristirahat sejenak, Putri Ascha tidak mengunjungi Ateliyanya selama tiga hari ini, ia sedang mengunjungi Kerajaan Grenville atas undangan Pangeran Leighton sampai satu minggu ke depan. Itulah sebabnya ia berani masuk.

Tidak.. ayahnya tidak bisa menunggu!

Ia kembali berkonsentrasi memilih bahan untuk meracik ramuan. Ada rencana besar yang sedang ia pikirkan.

"Jawablah pertanyaanku."

Suara itu tiba-tiba sudah berada di sampingnya, seolah hembusan angin lembut yang datang tanpa suara.

Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tak ada siapa pun.

"Kumohon, keluarlah, aku akan mengakui semua perbuatanku," katanya lemah, putus harapan.

Ruangan bergeming.

"Baiklah, ijinkan aku memperkenalkan diri. Aku adalah Gardian dari Bangsa Elvar, ayahku ditahan atas tuduhan kejahatan yang tidak dilakukannya. Tidak ada yang mampu melawan keputusan raja. Tapi aku.. aaa... kuu... tidak mau menyerah begitu saja."

Hembusan angin semakin kuat. Tiba-tiba sebuah botol dengan cairan biru terangkat ke udara.

"Ambillah, ramuan itu mampu membantumu membuat lorong menuju jeruji besi, keluarlah melewati lorong itu, jeruji besi telah dikelilingi mantra sihir, tak ada yang mampu membukanya selain Para Magus."

Tanpa berpikir dua kali ia sedikit melompat untuk mengambil botol tersebut, "Terima Kasih, bantuan anda tak akan saya lupakan."

"Tunggu.."

Langkahnya tertahan, "Apa?"

"Simpan baik-baik ramuan itu, berhati-hatilah saat menunggangi GADYA."

Ia mengangguk, bersiap untuk keluar dari Ateliya, rencana besar di kepalanya akan segera terwujud.


"Satu lagi," suara itu menggema ke seluruh ruangan.

"Apa lagi?"

"Kembalilah segera setelah pekerjaanmu selesai, ramuan itu tidak diberikan percuma."

Ada hawa dingin yang merasuk, membekukan seluruh persendiannya namun ia tidak punya pilihan lagi, saat ini ayahnya lebih penting di banding apa pun termasuk nasib dirinya di masa depan yang entah membuat perjanjian dengan makhluk semacam apa.

"Aku pasti kembali."




-----

Ateliya : Bengkel tempat seorang Alkemis bekerja.

Gadya : Gajah Raksasa yang mampu berjalan melintasi sungai dan hutan, sehingga banyak digunakan untuk transportasi di Kerajaan Lavanya yang wilayahnya dialiri sungai.

Ide cerita ini diambil berdasarkan Tetralogi Ther Melian ( Chronicle).

Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

3 komentar

  1. Ateliya. Gadya.
    Mantap!
    Bagus juga buat nama tokoh. Hahaha.

    Terima kasih sudah menjawab tantangan.

    BalasHapus
  2. Yah.. Aku belum baca Ther Melian. Jadi pengen.. 😭😭

    BalasHapus

Posting Komentar