Atas Nama

2 komentar
Aku sudah di depan meja sirkulasi saat menyadari kartu anggota perpustakaanku tidak ada. Mengembalikan buku memang tidak perlu menggunakan kartu anggota, namun ada dua buku lain yang harus aku bawa pulang. Buku itu sebagai tiket penerbangan selanjutnya untuk petualanganku ke bulan.

Untung saja petugas perpustakaan yang bertugas sedang tidak di balik meja, dia ada di dalam gudang buku, mengambil sesuatu. Jadi perlahan aku menyingkir untuk mencari kembali kartu anggota, mungkin di dalam tas. Dari dua bagian tidak ditemukan, di dalam dompet hanya penuh kertas-kertas transaksi ATM, nihil.

Pelan-pelan aku mengingat kembali terakhir menggunakan kartu anggota adalah seminggu yang lalu setelah itu sembarangan saja memasukkannya ke dalam tas, tidak mengembalikan ke dalam dompet. Tas itu bukanlas tas yang aku bawa sekarang, jadi kartu anggotaku sebenarnya tidak hilang tapi tertinggal di rumah di dalam tas yang berbeda.

Hufffftttt....

Tidak rela rasanya mengembalikan tiket penerbanganku, ada dua alasan. Pertama aku tak sabar ingin segera melanjutkan perjalanan, yang kedua belum tentu besok tiket ini bisa kembali ke tanganku, bagaimana kalau orang lain sudah mengambilnya lebih dulu?

Aku terdiam, menoleh ke kanan dan kiri, mencari bantuan, entah kepada siapa.

"Hai..."

Sedikit terlonjak dari tempat duduk, kalian tahu siapa? Dia yang mengenalkanku pada tiket penerbangan juga pernah mengajakku masuk ke dunia dua bulan, ingat? Baiklah, coba buka memori di sini.

"Nglamun?" katanya sembari menaik turunkan tangannya di depan mukaku.

"Eh, enggak. Lagi cari jalan keluar," jawabku lesu.

"Wah susah tuh, kalau jalan Songgolangit di depan perpus, kalau jalan keluar di mana ya?"

"Berhenti bercanda."

"Haisshhh, wanita... kenapa mudah sekali kaummu membuat lawan bicara merasa bersalah? Padahal aku sedang berusaha menghiburmu."

Aku tersenyum demi melihat wajah melasnya.

"Jadi ada apa?"

"Aku tidak bisa memesan tiket," ujarku seraya menunjukkan dua buku dalam genggaman.

"Ohh."

Haa? hanya itu tanggapan dari masalahku. Menyebalkan.

Kulihat dia melirikku, lalu tertawa.

"Ssstttt, ini perpustakaan."

Buru-buru ia menutup mulut, "Mana bukumu."

"Mau apa?" aku menolak memberikan.

"Jalan keluarmu ada di tanganku."

Aku tak paham dengan maksudnya.

"Ya sudah kalau tidak mau," dia beranjak.

"Tunggu, setidaknya jelaskan dulu mau diapakan tiketku?"

"Aku pesankan atas namaku."

Tak peduli dengan gaya sok pahlawan itu, mataku berbinar, hai kamu kenapa selalu ada saat aku butuhkan? Terimakasih ya.

 
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

2 komentar

Posting Komentar