Biasa saja, iya memang lelaki itu biasa saja, tak ada yang bisa
dibanggakan darinya, mungkin, biasa saja.
Tingginya hanya 160 cm dengan tubuh penuh tato berwarna, aku pernah
mendengar darinya langsung bahwa keinginan terbesarnya adalah
mewarnai seluruh tubuhnya, “Perut juga?” tanyaku iseng.
“Iya.”
Kurus, cenderung tidak berisi.
Badannyapun tidak begitu tangguh, jika ia harus bekerja lembur
berturut-turut selama dua hari maka siap-siap surat ijin dokter yang
akan menggantikan kehadirannya di tempat kerja. Itulah mungkin ia
selalu menolak untuk lembur, mengesampingkan cemoohan teman-teman
yang siap sedia pulang larut, mereka kan tidak tahu.
Anehnya, ia doyan sekali minum es, entah pagi, siang hingga malam.
Pernah aku memesan teh panas, kebetulan ia berada di situ, kayak
nenek-nenek pesannya panas. Aku tak peduli.
Kepulan asap rokok juga menemani kala waktu istirahat siang, aku tak
berkomentar.
Lucunya ternyata ular, salah satu hewan melata yang kadang mampir ke
tempat kerja kami begitu ditakutinya.
“Dih, sapa yang takut, geli ihh,” lalu menjauh tanpa mau menengok
lagi.
Tak habis pikir, banyak keunikan yang tergabung dalam dirinya
terlepas dari penampilannya, ia tetap teman kami.
Akhir-akhir ini wajahnya yang putih sedikit bercahaya entah kenapa, aku
yang sering mengitari ruangan mendapatinya tengah tersenyum, tak tahu
ditujukan kepada siapa.Waktu itu ia baru saja datang bersama mobil
muatan.
“Istirahat dulu,” ujarku saat melewatinya.
Aku melihat itu, saat ia tak mampu menjawab beberapa saat, Kenapa?
Terkejut?
Mungkin iya, tidak menyangka ada seseorang yang memperhatikannya
setelah sekian lama dianggap tidak ada. Hey, kita berteman.
Ia tersenyum lalu canggung mengucapkannya, “Tumben ngingetin,
perhatian banget.”
“Abis ini berangkat ke Jogja loh,” kembali aku menimpali.
Ia berlalu dan tersenyum.
Kawan, pertemanan bukan berdasar fisik semata. Kau tidak serta
merta mampu mengubah orang sesuai kehendak, ada tembok masa lalu kokoh yang harus dilalui agar mampu berdamai dengan keadaannya, tapi
tolong, bukan dengan menghancurkan tembok itu, bukan.
Sereeeem bertato
BalasHapusKeren
BalasHapus