Kita Ini Teman

2 komentar
Biasa saja, iya memang lelaki itu biasa saja, tak ada yang bisa dibanggakan darinya, mungkin, biasa saja.

Tingginya hanya 160 cm dengan tubuh penuh tato berwarna, aku pernah mendengar darinya langsung bahwa keinginan terbesarnya adalah mewarnai seluruh tubuhnya, “Perut juga?” tanyaku iseng.

“Iya.”

Kurus, cenderung tidak berisi.

Badannyapun tidak begitu tangguh, jika ia harus bekerja lembur berturut-turut selama dua hari maka siap-siap surat ijin dokter yang akan menggantikan kehadirannya di tempat kerja. Itulah mungkin ia selalu menolak untuk lembur, mengesampingkan cemoohan teman-teman yang siap sedia pulang larut, mereka kan tidak tahu.

Anehnya, ia doyan sekali minum es, entah pagi, siang hingga malam. Pernah aku memesan teh panas, kebetulan ia berada di situ, kayak nenek-nenek pesannya panas. Aku tak peduli.

Kepulan asap rokok juga menemani kala waktu istirahat siang, aku tak berkomentar.

Lucunya ternyata ular, salah satu hewan melata yang kadang mampir ke tempat kerja kami begitu ditakutinya.

“Dih, sapa yang takut, geli ihh,” lalu menjauh tanpa mau menengok lagi.

Tak habis pikir, banyak keunikan yang tergabung dalam dirinya terlepas dari penampilannya, ia tetap teman kami.

Akhir-akhir ini wajahnya yang putih sedikit bercahaya entah kenapa, aku yang sering mengitari ruangan mendapatinya tengah tersenyum, tak tahu ditujukan kepada siapa.Waktu itu ia baru saja datang bersama mobil muatan.

“Istirahat dulu,” ujarku saat melewatinya.

Aku melihat itu, saat ia tak mampu menjawab beberapa saat, Kenapa? Terkejut?

Mungkin iya, tidak menyangka ada seseorang yang memperhatikannya setelah sekian lama dianggap tidak ada. Hey, kita berteman.

Ia tersenyum lalu canggung mengucapkannya, “Tumben ngingetin, perhatian banget.”

“Abis ini berangkat ke Jogja loh,” kembali aku menimpali.

Ia berlalu dan tersenyum.
Kawan, pertemanan bukan berdasar fisik semata. Kau tidak serta merta mampu mengubah orang sesuai kehendak, ada tembok masa lalu kokoh yang harus dilalui agar mampu berdamai dengan keadaannya, tapi tolong, bukan dengan menghancurkan tembok itu, bukan.


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

2 komentar

Posting Komentar