Ada Dia di Bandara

3 komentar
Aku bersandar malas pada bantal-bantal yang bertumpuk di tengah ruangan, memandang ke segala penjuru dengan enggan, tak ada buku dalam genggaman.

Ibumu dimana, De?”

Merasa berbicara denganku aku menoleh dengan sengit, “Hei, tinggiku 163 cm.”

Ok baiklah jika menurutmu kedewasaan diukur dari tinggi badan, Nona.”

Hiiihh.. menyebalkan.

Mau kemana, Nona manis?”

Kemana?,” ujarku tak paham. Bukankah kita sedang di perpustakaan sekarang?

Ahh, aku paham. Dirimu tak akan kemana-mana sebab ponsel yang kau pegang bukan buku.”

Eh.

Maksudmu apa sih?” tanyaku sedikit ketus.

Sederhananya begini, di perpustakaan kau bisa memutuskan hendak pergi kemana saja, tiket tersedia gratis, tak perlu takut untuk mabuk perjalanan, hhaa,” dia terdengar geli setelah melontarkan kata terakhir.

Kalau engkau sendiri, mau kemana?,” suaraku sudah cukup lunak berhadapan dengan makhluk asing ini.

Mau ke London.”

Aku melirik sekilas buku yang terbuka di tangannya, setengah halaman sudah ia jelajahi itu berarti konflik sudah dimulai.

Aku sedang berusaha memecahkan kasus bersama Sherlock Holmes.”

Hati-hati, lawan detektif tak pernah main-main.”

Iya aku tahu, sekarang aku sedang bersembunyi di Indonesia. Aku curiga ada seseorang yang sedang mengikutiku.”

Hampir saja aku tertawa jika tidak menyadari sedang berada di mana.

Jadi mau pilih tiket penerbangan kemana, Nona?”

Indonesia.”

Kenapa?”

Karena cintaku ada di negara ini.”

Bingo. Ini alasanmu pergi kemari.”

Aku menunduk, lupa berbicara dengan siapa. Pernah mendengar jika orang yang suka membaca memiliki beribu cara unik untuk mengetahui sebuah jawaban untuk menuntaskan rasa ingin tahunya.

Sudah terlanjur engkau tahu, hhee. Aku melakukan kesalahan.”

Dia tersenyum menang, “Kesalahan apa?”

Aku menyakiti seseorang, sungguh tak ada maksud sedikitpun.”

Maaf, bisa diperjelas?”

Aku mengatakan padanya bahwa ada seseorang yang menyukaiku, ia marah.”

Oke, paham.”

Hah, secepat itu kau paham? Tak ingin mendengar ceritaku lebih banyak?”

Kau sudah mengatakannya bukan.”

Baiklah, apa pendapatmu?”

Lelaki.. heemmm... turunan adam ya, jika ia sudah menjatuhkan pilihan pada wanita maka ia tak ingin wanitanya membicarakan lelaki selain dirinya.”

Tapi, bukankah seharusnya ia bangga, telah mendapatkan posisi dimana banyak yang menginginkannya?”

Itu menyakitinya.”

Yang benar?”

Tanya saja.”

Ahh tidak. Ia masih marah.”

Baikla, Nona, tunggu disini, kucarikan tiket yang cocok untukmu.”

Aku termangu, mau dibawa kemana aku olehnya? Tak lama dia datang dengan sebuah buku di tangan kirinya. Sherlock Holmes sejenak ia titipkan padaku.

Ini,” katanya.

Tanganku enggan menerimanya, namun tak enak jika menolak kebaikannya.

Itu tiket internasional, keputusan ada ditanganmu nona.”

Tunggu,” seruku sebelum ia semakin jauh meninggalkanku.

Apa?”

Mau kemana?”

Kembali ke London, Mr. Holmes membutuhkanku.”

Aku tersenyum, sombong sekali.



Ganesa Library, 8th January 2017 - 14:45

 
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

3 komentar

Posting Komentar