Gara-gara Dilan

1 komentar
Panggil ia Mas Amin, petugas perpustakaan yang sedang mendorong troli penuh buku mendekati rak "Fiksi Umum" dan segera jongkok untuk mulai menata. Aku menghampirinya, memberikan isyarat dengan tanganku agar ia jangan dulu merusak tatanan buku dalam troli.

"Cari apa to, Dek?"

Tanganku sibuk memelototi pinggiran buku untuk melihat kode-kode yang tertera, cara paling cepat untuk mencari buku. Semua petugas perpustakaan hapal denganku sebab minimal satu minggu sekali pasti aku datang berkunjung, bukan untuk pinjam buku tentunya tapi untuk menumpang WiFi juga mengikuti kegiatan diskusi dalam bahasa inggris, tapi sudah lama aku tinggalkan sebab mulai membosankan dan aku beralih untuk mengamati relawan yang mendongeng untuk anak-anak.

Seseorang datang dan melakukan seperti apa yang kulakukan. Aku abaikan. Mas Amin mulai kesal karena ia tidak bisa segera menyelesaikan tugasnya atau bisa jadi tugas yang lain menumpuk meminta untuk segera dituntaskan.

"Cari apa sih, Dek?"

"Cari Dilan, di komputer katanya ada di rak. Tapi aku cari nggak ada."

Aku menyerah, puluhan buku dalam troli yang baru saja dikembalikan oleh peminjam tidak kutemukan buku yang aku cari. Kembali aku menyusuri rak-rak bertuliskan "Fiksi Umum", mungkin terlewat.

"Aku tadi juga sudah nyari, tapi nggak ada," seru orang yang ikut mengacak-acak buku dalam troli.

Mas Amin sudah sibuk dengan tugasnya menata buku dalam rak sesuai urutan abjad nama pengarang agar memudahkan peminjam dalam mencarinya.

"Di semua rak?" sahutku menimpali orang tersebut.

"Iya, semua, bahkan di rak "Fiksi Dewasa".

"Wah, padahal di komputer tertulis tersedia."

"Iya, atau bisa jadi ada di atas meja sedang dibaca orang."

Masuk akal, pengunjung perpustakaan ramai, beberapa tengah tenggelam dengan buku dalam genggaman, mencari posisi ternyaman, diantara bantal-bantal besar, lesehan juga bertopang dagu menghadap buku yang terhampar di atas meja.

"Cari Dilan yang keberapa?"

"Eh? Memang ada berapa bukunya?"

"Tiga. Kamu nggak tahu?"

Aku menggeleng, bagus, rahasiaku tak suka baca diketahui satu orang lagi.

"Terus untuk apa mencari?"

"Tugas sekolah, buat sinopsis dari novel."

Ia manggut-manggut. Kemarilah aku bisa ceritakan sedikit agar engkau memiliki gambaran.

Kami ngesot menuju tengah ruangan, bersandar pada bantal-bantal besar dan berbicara dengan pelan, tidak boleh berisik, tahulah aturan perpustakaan.

"Biarku tebak."

"Apa?"

"Gurumu orang Bandung?"

"Iya, sudah dua puluh tahun beliau mengajar di sini."

"Pantas."

"Kenapa?"

"Dilan adalah novel yang berlatar di Bandung tahun 90an. Mungkin gurumu rindu kampung halamannya. Dalam novel tersebut ada juga beberapa percakapan dalam bahasa sunda."

"Ooo, pantas saja. Ada-ada saja guruku, melampiaskan rasa rindunya pada kami murid-muridnya."

"Haahaaa. Ceritanya menarik, bisa kau baca sendiri jika sudah kembali nanti."

"Baiklah, terimakasih. Senang bertemu denganmu."

Kami berpisah, jika kalian berpikir kenapa aku tidak mencari tahu namanya, tidak berminat jawabku. Mungkin pertemuan ini bisa seperti cerita-cerita romantis yang berawal dari pertemuan tidak sengaja, nyambung saat ngobrol hingga menghabiskan waktu, bisa jadi jawabku lagi.

Sayangnya satu hal yang membuyarkan semuanya. Ia sama sepertiku, berjilbab.


:v


Perpustakaan Ganesa - 15 Desember 2016


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar