Pra Afkir

1 komentar
Pagi ini desas desus tak mengenakkan terdengar. Ada kabar bahwa sebagian dari kami akan dibuang. Iya dimusnahkan sebab sudah tak dianggap berguna lagi di rumah ini, tak memberikan manfaat yang berarti. Tapi segala kebaikan kami selama ini apa tidak dipertimbangkan?

Sudahlah, segala perdebatan tak akan menemui ujungnya jika pada akhirnya kami akan diangkut dalam mobil bersama-sama, memperlebar jarak dengan rumah ternyaman dengan segala cerita di dalamnya dan entah berhenti dimana.

Memang inilah hidup, yang lama akan digantikan yang baru, yang tua harus mau mempercayakan pada yang muda, kami yang dianggap sudah tak mampu dipertahankan harus dikeluarkan segera sebelum Tuan lebih banyak menanggung biaya hidup kami.

Teringat jelas saat diangkut dengan sebuah mobil pula aku dan ribuan teman diantar ke rumah ini, kami begitu disayangi, diperlakukan istimewa. Bagaimana tidak jika diantara kami menggigil mereka akan segera menyalakan pemanas ruangan, ketika terik mentari membuat kami berpeluh hujan buatan hadir menyegarkan.

Ahh ya, saat aku masih doyan sekali tidur sepanjang hari mereka rela terjaga tengah malam untuk membangunkanku juga lainnya yang terlelap untuk makan. Membantu siapa saja yang kesulitan mencari air minum atau jatah makanannya habis.

Mengelus lembut kami saat mengontrol berat badan setiap minggunya, mengelompokkan kami guna memberi perlakuan yang berbeda. Iya berbeda, tapi kami tidak pernah iri. Teman-teman kami yang kurang beruntung akan disendirikan, diberikan perhatian lebih banyak juga vitamin dan obat-obatan penunjang. Senang sekali rasanya dihujani kasih sayang yang berlimpah.

Secara berkala masing-masing dari kami diberikan sesuatu agar dapat hidup sehat lebih lama, jarum suntik itu akan menembus lapisan kulit, memasukkan cairan kedalam aliran darah yang segera menyebar keseluruh tubuh. Biasanya tiga hari setelah perlakuan itu kami akan diberi vitamin untuk mengembalikan kesegaran dan setelahnya hidup berjalan dengan normal.

Kebahagiaan pindah rumah terjadi lima minggu kemudian, jika biasanya kami harus satu ruang dengan belasan teman kali ini satu kamar hanya dihuni oleh tiga sampai empat saja. Lega sekali mengingat ukuran tubuh yang semakin membesar. Delapan minggu kemudian aku kembali bahagia saat memiliki kamar pribadi. Bisa melakukan apa saja sesuka hati tanpa sungkan pada teman satu kamar.

Mengenang hal tersebut seolah kegembiraan ini tak ingin berakhir, tapi burung-burung yang sering bercerita di atas tembok membawa kabar baik. Nantinya kami akan dapat membalas segala jasa orang-orang yang telah berbaik hati merawat kami dengan bentuk lain. Kami adalah makhluk yang selalu dinanti oleh sebagian besar orang diluar sana.

Saat di rumah ini, telurku diminati semua kalangan dan jika aku keluar maka akan lebih banyak lagi yang bersedia untuk segera memilikiku. Membawaku ke rumah mereka dan melengkapi hari dengan menyenangkan. Membayangkannya sama istimewanya seperti dulu kala, bahagia menyusup membuyarkan segala keraguan yang sempat menyesakkan dada.

Kebahagiaan seperti apa? Ahh, tak sabar aku menunggu. Dan di ujung lorong orang-orang baik itu membawa glodok yang nantinya akan mengangkut tubuhku.

Aku siap, menjalankan peran sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Sorak sorai menyambut akhir kebersamaanku dengan segala kenangan di rumah ini.

Ptoookkkk.... tok... tokk... petookkk...


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

1 komentar

Posting Komentar