Balas Jasa untuk Pahlawan

3 komentar
Ruangan kantor sunyi, tak ada suara dari komputer menyala, dering telpon yang bersahutan juga tawa renyah teman-teman kerja. Jelas mereka sudah pulang, jarum jam menunjukkan pukul tujuh. Kenapa aku masih di gedung tiga lantai ini?

Siang tadi pak bos berpesan bahwa akan ada orang dari pabrik pakan ingin bertemu, membicarakan masalah kualitas yang kami keluhkan. Terang saja dari tampilan luar yang semakin pucat juga bau yang tak lagi sedap. Baiklah jangan dikira ayam tidak dapat merasakannya, pakan yang dimakan ayam turun drastis merupakan indikasi dari berubahnya komposisi pakan, terlebih grafik produksi yang ikut turun jelas memberikan tanda tanya.

Tapi yah, keluhan tidak selalu ditanggapi dengan segera, jengkel juga, memangnya mereka tidak tahu makna dari peribahasa “Pembeli adalah raja”? Kami ambil langkah segera, pemesanan pakan dipangkas hingga 50% dari pembelian biasanya. Barulah mereka kalang kabut, hhaa. Tahu rasa kan, ups.

Ahh, kami berjanji akan bertemu pukul 6 sore tapi hingga satu jam menunggu tak ada berita apa pun dari mereka. Oke, setelah terlalu lama menanggapi keluhan konsumen mereka mulai tidak menghargai waktu orang lain. Aahhh, hubungan baik selama bertahun-tahun ini telah disalahgunakan.

Halo, selamat malam, bagaimana pak? Jadi kita diskusikan masalah pakan?,” aku menelpon sebelum habis kesabaran.

Iya mbak jadi, maaf tidak memberi kabar, sepertinya akan terlambat sebab tadi di kantor sedang ada rapat”

Aku menjauhkan wajah dari gagang telpon, mendengus kesal, ini orang memang perlu ditenggelamkan rupanya, “Sekarang sudah sampai mana, Pak?”

Kami sudah sampai di salatiga, mungkin dua jam lagi akan tiba di solo”

Jika diijinkan aku akan mengumpat. Mengingat harus menjaga citra diri maka beristighfar dalam hati menjadi andalan satu-satunya. Oh ya, beliau adalah kepala marketing, bukan orang yang biasa berhubungan langsung denganku saat pemesanan. Aku tahu sesibuk apa beliau, itulah kenapa kami berjanji untuk membicarakan hal penting ini di luar jam kerja.

Maaf Pak, saya jam sembilan sudah ada janji. Kita buat perjanjian ulang saja”

Oh gitu mbak? Tapi saya sudah jauh-jauh meluangkan waktu dari Semarang ini”

Saya juga sudah menyia-nyiakan waktu untuk menunggu bapak, rutukku lirih.

Hallo, sekarang saja ya mbak?”

Maaf pak, saya tidak bisa. Besok pagi saya hubungi bapak lagi, terimakasih”. 

Kembali ke Semarang hanya membutuhkan waktu satu jam, kurasa itu lebih baik daripada meneruskan perjalanan ke solo. Tentang waktu yang terbuang? baiklah kita anggap saja impas.

Klik.. Gagang telpon berada di tempatnya semula. Bergegas aku mematikan lampu ruangan dan keluar dari kantor. Pukul 07:15, rintik hujan semakin deras. Pasti jalanan kota solo akan macet parah jika aku mengemudikan mobil, maka keputusan meminjam motor kantor menjadi pilihan untuk mengejar tiga puluh menit ke depan, tak mau membuat seseorang menunggu terlalu lama di stasiun.

Lima menit setelah aku menginjakkan kaki di stasiun jebres hujan deras mengguyur bersamaan dengan tibanya kereta Gaya Baru Malam jurusan Pasar Senen-Surabaya. Aku berdiri menggigil di depan pintu keluar para penumpang. Seratus meter di depanku orang yang kutunggu berjalan kepayahan dengan koper di tangan kanannya, segera aku menyusul untuk mencium tangan beliau.

Tangan tua itu semakin keriput, hanya kulit coklat yang terbakar matahari melapisi tulang, rasa sesak menyusup membuat air menggenang dikedua pelupuk mata.

Pegangan kopernya rusak, Ma?”

Loh, iya ya”

Ya Rabb, bahkan beliau lupa jika koper ini memiliki pegangan yang memudahkan penggunanya untuk menarik tas besar ini agar lebih mudah dibawa.

Tak tega sebenarnya membiarkan beliau pergi ke luar kota sendirian, tapi tetap saja keukeuh untuk mengunjungi satu per satu anak-anaknya. Aku menjadi yang terakhir dan itu berarti memiliki waktu yang paling lama untuk bersama beliau, horeee.

Taksi menjadi pilihanku untuk membawa mama pulang ke rumah sedangkan aku tak mungkin meninggalkan sepeda motor milik kantor di stasiun. Begitu lebih baik sebab hujan deras baru saja datang, akan lama rasanya untuk reda, tak mungkin membiarkan mama kehujanan setelah sembilan jam perjalanan yang melelahkan.

Ponselku berdering dan nama pak bos tertera besar di layar, baiklah aku tahu apa yang akan ia katakan. Aku menata hati untuk apa pun yang akan beliau bicarakan, tak ada yang mampu menggantikan kesempatanku bersama mama.

Halo, iya pak?”

Besok jam 7 pagi temui saya di kantor”

Belum juga aku membalas sambungan telpon sudah terputus.

Sudah lupakan, malam ini aku tak ingin memikirkan apa pun, ingin kuhabiskan malam bersama seseorang yang berjuang keras hingga hidupku seperti sekarang.

Malam berlalu, aku terbangun dari tidurku, mama lelap disampingku. Aku mengamati beliau dengan seksama, merasa lega saat dengkuran nafas masih terdengar. Aku ingin terjaga saja, memastikan mama tidak kesepian saat beliau terbangun tengah malam nanti, hal yang sering terulang belakangan ini, faktor usia kata dokter. Aku ingin menemaninya berbincang hingga pagi, menyeduhkan teh tawar kesukaannya dan pergi kepasar untuk membeli sarapan ba'da subuh.

Sungguh hal semacam ini tak mungkin bisa berulang setiap hari, tak lama beliau akan kembali ke desa, hidup sederhana jauh dari hiruk pikuk kota. Selalu menolak untuk diajak tinggal dengan salah satu anaknya.

Apa lagi yang bisa aku perbuat untuk seseorang yang telah menghabiskan seluruh tenaga mudanya untuk membuat kami meraih mimpi dan cita-cita hingga sukses seperti sekarang ini?

Semoga di usia tuanya kini, kami mampu setidaknya membuat beliau tidak khawatir meski yakin apa pun yang kami lakukan tak akan membalas segala pengorbanan beliau. Kasih sayang beliau sepanjang masa. Guru pertama yang mengajarkan baca tulis, teman setia disaat suka dan duka, pelukan terhangat untuk setiap luka, dan tempat ternyaman untuk bermanja. Pahlawan sesungguhnya yang membuat kami mandiri dan berguna bagi nusa dan bangsa.


-----------+++++++++++------------

Dari Abdullah bin Mas”ud katanya, “Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu “alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu “alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah”.[Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9>

Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

3 komentar

  1. Abaikan pak bos. Mama lebih utama. Keren dan.. terharu saya, mba.

    BalasHapus
  2. jadi kangen bunda aku...
    bundaaa...
    kaulah muara kasih dan sayang...

    BalasHapus
  3. Aku penasaran pak bos mau ngomong APA...hahahaha

    BalasHapus

Posting Komentar