Hanya Ingin Dimengerti

4 komentar


Semangkok soto ayam dengan aroma memikat serasa nikmat untuk segera di santap. Tak lama segelas teh panas hadir melengkapi menu makan siang kali ini. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi beberapa sendok sambal aku masukkan dalam mangkok, potongan gorengan ikut meramaikan. Masih mengepul, tapi aku tak peduli. Mari makan.

“Tan, kamu baik-baik saja?”

“Apa maksudmu?”

“Tak biasanya kau memesan makanan dan minuman panas bersamaan, ada apa?”

Aku mengulum senyum, “Sedang butuh kehangatan, hhii”

Tawaku terdengar garing dan Dania tau itu. Di sela-sela mengunyah makanan dalam mulut berulang kali aku mengecek ponsel. Memastikan tak ada pesan penting lalu kembali menikmati pedasnya soto ayam Mbah Min.

“Ahh selalu. Bosan aku denganmu”

“Bosan dengan siapa?”

“Kau, siapa lagi”

“Aku?”

Dania menghela napas. Aku tak peduli. Suasana hatiku sedang tak ingin membahas apa pun, kecuali 
menunggu keajaiban datang lagi siang ini.

“Keajaiban itu tidak ada Tan, berpikirlah sedikit logis”

Tidak mendengarkan perkataannya mungkin aman buatku, entah kenapa Dania cerewet sekali siang ini. Oh tidak, sejak tadi pagi. Semenjak aku lebih sering mengecek ponsel, bergumam sendiri dan cemberut setelah itu.

“Tan, kau mendengarku tidak?”

“Iya dengar”

“Pinjam ponselmu”

Reflek aku menyembunyikan ponsel yang tergeletak di atas meja ke dalam saku. Dania pasti aneh-aneh.

“Sesuai dugaanku, ini masalah Damar”

Pura-pura tak mendengar, Dania sebentar lagi akan berceramah panjang lebar dan karena hanya ada aku disini pastilah kena sasaran.

“Ayolah Tan, kalian sudah dewasa jangan bertindak seperti anak kecil”

“Kau tahu apa?”

Akhirnya aku bersuara, gemas juga lama-lama.

“Kalian bertengkar lagi? Kau sedang menunggunya untuk mengirimi pesan kan?”

“Kami tidak bertengkar”

 “Tapi menantinya, iya kan?”

Selera makanku menguap, “Sudahlah Dan. Kau pasti bosan mendengar curhatku tentang Damar”

Dania tersenyum, “Tak pernah sekalipun aku menolak ceritamu. Ada apa?”

Bibirku pelan menjelaskan sedikit kejadian tentang malam kemarin. Dania tak menyela sedikitpun, aku menghargai dia. Masalahku pasti terdengar konyol dan sepele tapi tetap saja Dania dengan serius memperhatikanku. Maha Baik Tuhan menciptakan sahabat seperti Dania.

“Damar tidak seperti itu Tan, bukan ia tak rindu kau. Dengan menyuruhmu fokus terhadap seminar yang sedang kau hadiri adalah bukti ia tidak egois”

“Dan, kami jarang bertemu. Susah sekali menyamakan waktu untuk sekedar berkomunikasi. Tapi saat waktu itu ada ia dengan seenaknya menghentikan semua”

“Bukankah Damar sudah bilang bahwa ia berjanji akan mengatur ulang pertemuan denganmu?”

Ada isak tangis yang tiba-tiba hadir. Aku tak tahu kenapa, sesak sekali rasanya menyadari bahwa Damar tak memiliki rasa sepertinya, “Aku hanya rindu ia, Dan. Katakan padaku apa yang salah?”

“Salah besar jika kau hanya menunggunya, ciptakan kesempatanmu. Ingatlah sebentar lagi kalian akan menikah. Menyatukan dua dunia berbeda tak akan pernah mudah”

Semalaman aku tak memberi kabar, Damar pun tak berniat untuk menghubungiku. Sepele.

Kuambil ponsel dalam saku, mengetikkan beberapa huruf untuk memulai percakapan.

“Haii..”

Terkesan kaku, aku tak peduli.

Beberapa detik berselang, pesanku tak berbalas. Baiklah aku sudah mencoba.

Kriiinggg... kriiinggg

Panggilan masuk dari Damar. Senyum menghiasi wajahku.

“Hallo...”

“Heii Cantik, tak boleh marah seperti itu lagi. Berjanjilah”

Mendengar suara hangat dari seberang membuang segala rasa amarahku. Aku hanya harus kembali belajar, ketika wanita merasa ingin selalu dimengerti ia lupa bahwa lelaki adalah makhluk yang tak peka dan butuh ucapan nyata untuk segalanya.


------++++++------------

Dahulu kala, orang Mars berjumpa dengan orang Venus. Mereka jatuh cinta dan menjalin hubungan yang membahagiakan karena mereka saling menghormati dan menerima perbedaan-perbedaan mereka. Kemudian mereka tiba di bumi dan mulai menderita amnesia. Mereka lupa bahwa mereka berasal dari planet yang berlainan. (Men Are from Mars, Women Are from Venus)
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

4 komentar

  1. Perempuan terlalu berperasaan. Sedangkan laki-laki harus ditindak baru bisa merasa. 😄

    BalasHapus
  2. hmm.. jdi kita mesti menghargai stiap perbedaan ya

    BalasHapus
  3. hemmm jadi sepertinya hanya saya yang bverasal dari pluto ahahaha

    BalasHapus

Posting Komentar