Ayah dan Anak Gadis Berkaca Matanya

10 komentar

Ayah, dengarkanlah, aku ingin bercerita
Sore ini hujan deras menyapa selepas kerja
Angin bertiup memberikan kesegaran luar biasa
Anugrah dari Sang Pencipta yang tak terkira

Kumohon ayah, kosongkan benak dari segala rasa khawatir
Mantol warna abu selalu ada kemanapun aku pergi
Tak akan mampu air menembus pilihan terbaikmu
Percayalah bahwa suhu hangat terjaga dalam tubuhku

Maaf jika aku abaikan nasihatmu untuk sejenak menepi
Gelap malam yang bersatu dengan air hujan membuatku ngeri
Menguapkan kemampuan retina, kacamataku tak berfungsi
Sungguh engkau tahu, aku tanpa kaca mata, tak berarti

Oh ya, saat yang lain gemetar mendengar halilintar
Itulah waktu dimana aku merasa tak sendiri
Kilat menyambar menerangi jalanan yang lengang
Menunjukkan arah juga menentramkan jiwa yang tak bernyali

Ayah, ingatkah dulu saat aku belum begitu mengenal dunia?
Kita bermain di bawah rintik hujan
Menari, tertawa bahagia dan abai akan segala
Hingga nenek terkekeh saat jemariku sama keriput dengannya

Malamnya suhu tubuhku meningkat
Aku meracau hingga tengah malam
Menolak apapun yang coba engkau tenggakkan
Namun kembali ceria setelah nenek mengurut dengan bawang merah

Tenanglah Ayah, tak perlu risau dengan anak perempuanmu ini
Aku sudah tumbuh dewasa, tak melulu menjadi gadis kecil
Sudah mengerti sedikit arti cinta, juga menjadi penikmat senja
Meski kadangkala, senja berlalu tanpa semburat jingga




Senja di pusat kota solo


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

10 komentar

Posting Komentar