Permintaan Iban – Keping 2

9 komentar
Baca cerita sebelumnya Di sini


“Assalamu’alaikum, Bunda”

Bunda terkejut sesaat sebelum akhirnya menyadari Iban yang berlari memeluknya, mencium kedua pipinya dengan tergesa. Seragam putih merahnya bersih tidak seperti biasanya yang penuh keringat. Harum pewangi serta pelembut pakaian yang tadi pagi disemprotkan juga masih tersisa, biasanya aroma asam dari tubuh anak bungsunya ini yang mendominasi.

“Bunda, Ayah sudah pulang?”

Senyum menghiasi wajah Bunda, ini baru tiga jam sejak ia mengantar anak-anak ke sekolah.

“Belum nak, biasanya Ayah kan pulang sore sayang”

“Kalau begitu kita telpon Ayah sekarang ya, Bun?”

“Boleh, tapi Iban harus ganti baju dulu dan meletakkan tas juga sepatu di tempat yang seharusnya.”

“Tapi setelah itu kita telpon Ayah ya, Bun?”

Bunda mengangguk. Ia sendiri penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Iban kepada Ayahnya. Segera ia membereskan peralatan jahit yang harus ditunda kembali karena Iban sudah pulang sekolah. Belum juga ia selesai, Iban telah kembali dengan baju rumah.

“Ayo Bunda....”

“Iya sayang, sebentar Bunda rapikan meja dulu”

Tak berapa lama Bunda telah mengenggam telepon selular yang berada diantara ia dan iban. Raut wajah Iban nampak tak sabar saat sambungan telepon tidak segera diangkat oleh Ayah.

Tut.. tut... tut...

“Bunda coba lagi dong.”

Bunda mengangguk dan menekan kembali tombol panggilan keluar. Tersambung namun kembali operator memberitakan bahwa pemilik nomer yang dituju sedang berada di luar area.

“Bunda, coba sekali lagi.”

Gelengan lemah dari bunda membuat Iban menekuk kepalanya, semua semangat yang ia tunjukkan lenyap seketika.

“Mungkin Ayah sedang dijalan, Nak. Jadi tidak bisa angkat telpon.”
Penjelasan Bunda tak ditanggapi.

“Iban mau cerita tentang pelajaran sekolah hari ini?”, nada ceria Bunda tak mampu menggerakkan Iban dari posisinya.

“Oh iya, bunda tadi buat kue boneka kesukaan Iban hlo. Kita makan yuk?”

Iban menggeleng, “Bunda, Iban mau tidur biar nanti kalau Ayah pulang Iban bisa langsung bicara sama ayah.”

Bunda mengantar Iban ke kamar, Iban memejamkan mata dan wajah imutnya nampak semakin lucu saat terlelap.

**
Semilir angin siang membuat mata Bunda sedikit berat untuk terjaga, ia duduk di teras dengan jahitan baju dipangkuannya. Sebentar lagi Kak Nala pulang sekolah. Benar saja, Kak Nala muncul dengan wajah sumringahnya.

“Assalamu’alaikum, Bunda”

“Wa’alaikumussalam sayang. Menyenangkan belajar hari ini?”

“Sangat menyenangkan Bunda, tadi temen Kak Nala yang rambutnya kribo itu lupa membawa buku PR matematikanya dan dia dihukum.”

“Apa hukumannya, Kak?”

“Dia diminta pak guru untuk memilih lima soal dari sepuluh pekerjaan rumah untuk kemudian dikerjakan di papan tulis.”

“Wah, kalau benar dia sudah mengerjakan pasti mudah ya Kak.”

“Sayangnya dia membuat kami tertawa karena tak ada satupun soal yang mampu diuraikannya. Teman-teman saling mengatakan bahwa sebenarnya dia belum mengerjakan tugasnya dan beralasan tertinggal.”

“Lalu apa yang sebenarnya terjadi?”

“Akhirnya dia mengakui kalau memang ia lupa kalau ada tugas matematika jadi dia belum mengerjakannya.”

“Itulah kenapa pekerjaan rumah sebaiknya tidak ditunda untuk segera diselesaikan, iya kan Kak?”

“Iya Bunda. Oh iya, adik dimana Bun? Biasanya ikut menyambut kepulanganku?”

“Iban tidur, dia kecewa karena Ayah tidak mengangkat telpon kami tadi siang.”

“Tadi ada yang aneh Bun dengan Iban di sekolah.”

Bunda siap memperhatikan informasi dari Kak Nala.

“Tidak biasanya Iban menyendiri saat teman-temannya bermain sepak bola saat istirahat.”

Pahamlah ia kenapa wangi harum masih melekat pada seragam Iban. Dan yang terpenting ia juga tahu apa yang sebenarnya ingin Iban sampaikan kepada Ayahnya. Tidur siang yang nyenyak sayang, nanti sore Bunda akan berikan kejutan untukmu.

Bersambung...

Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

9 komentar

  1. Balasan
    1. Tenang mas heru... Bunda akan ngasih kejutan biar Iban ga murung lagi ;)

      Hapus
  2. Ayahnya kemana sih. Ngilang mulu

    BalasHapus
  3. imajinasiku melayang..jangan jangan ayah iban sudah nggak ada

    BalasHapus
  4. imajinasiku melayang..jangan jangan ayah iban sudah nggak ada

    BalasHapus
  5. Iban pingin ngomong apa sich......
    Koq semangat banget ..... ampek mutung gituch.....

    BalasHapus
  6. Iban pingin ngomong apa sich......
    Koq semangat banget ..... ampek mutung gituch.....

    BalasHapus

Posting Komentar