Seperti
biasanya Kak Nala membantu Bunda
mengolesi roti tawar dengan selai. Ada selai coklat, nanas dan
blueberry. Bunda selalu menjadi orang pertama yang dibuatkan roti
tawar, selai coklat merupakan
kesukaan bunda. Kak Nala selalu riang saat bunda memberikan pelukan
sayang tanda terima kasih.
“Kak
Nala hari ini adik ga mau roti.”
Kak
Nala menghentikan tangannya yang siap menaburkan mesis warna-warni di
atas roti milik Iban, adiknya.
Bunda
mendekati meja makan dengan membawa dua gelas susu, duduk disamping
Iban.
“Adik
kenapa ga mau roti? Makan nasi pakai telor dadar ya?”
Iban
menggeleng, “Bunda, Iban mau ketemu ayah”
“Ayah
kan lagi kerja dik,” Kak Nala memberikan roti yang akhirnya ia
selesaikan.
Bunda
mengangguk, setuju dengan jawaban Kak Nala.
Iban
memandang serius ke arah bunda, “Bunda, tolong telpon ayah sekarang
dong. Suruh pulang cepet gitu.”
Senyum
bunda selalu menentramkan, memberikan harapan untuk setiap keinginan.
“Iban
ada perlu sama Ayah?”
Mendengar
respon bunda Iban tersenyum bersemangat, “Iya Bunda, Iban mau minta
tolong sama ayah.”
“Minta
tolong apa?”
Kak
Nala dan Bunda menanti jawaban Iban, namun yang ditunggu hanya
terdiam dan menggeleng lemah.
“Bisa
minta tolong sama Kak Nala hlo dik”
“Minta
tolong ke Bunda juga bisa sayang”
“Enggak
bisa. Harus minta tolong ke ayah.”
Bunda
memandang ke arah Kak Nala yang dibalas dengan mengangkat bahu.
Jemari
lembut Bunda merapikan poni Iban yang menutupi dahi.
“Sayang,
sekarang kita sarapan dulu ya. Habis ini Bunda antar ke sekolah
bareng Kak Nala juga.”
“Tapi
Bunda, Iban mau ngomong sama ayah.”
“Boleh
sayang, nanti pulang sekolah kita telpon ayah.”
Iban gembira mendengar jawaban Bunda, ia melahap roti mesis buatan Kak Nala.
Setelah
sarapan Bunda mengantar Kak Nala dan Iban menuju Sekolah Dasar yang
berjarak sekitar sepuluh menit berjalan kaki. Iban berlalu setelah
mencium kedua pipi Bunda. Kak Nala juga melakukan hal yang sama,
namun Bunda berbisik sebelum ia pergi.
“Kak,
Bunda minta tolong perhatikan adikmu di sekolah ya.”
Iban
masih berada di kelas satu, sedang Kak Nala sudah duduk di bangku
kelas empat. Mereka berada salam satu sekolah yang sama.
“Baik
Bunda.”
Kak
Nala melambaikan tangan ke
arah Bunda sebelum
bergabung dengan teman-teman sekelasnya.
Bunda
berbalik arah, melangkah pelan meninggalkan sekolah. Permintaan
tolong semacam apa yang ia dan Kak Nala tidak bisa lakukan untuk
Iban? Kenapa harus minta tolong sama ayah?
Bersambung....
Bagus mbak.. rapih banget alurnya. Kalimatnya sederhana sesuai dengan tios suhu cerita anak mbak lisa. Hihihi. Ditunggu kelanjutannya.
BalasHapusrapi kok, de...tinggal eyd pada kalimat langsungnya. tanda baca maksdku...lanjuuut de...
BalasHapusrapi kok, de...tinggal eyd pada kalimat langsungnya. tanda baca maksdku...lanjuuut de...
BalasHapusKira2 apa yah yg mau disampaikan iban.
BalasHapusMau minta adek baru mungkin..hehehe
BalasHapus