Buku ayam untuk pak bos

13 komentar



Katanya senior, menulis itu obat untuk jiwa yang sedang galau, bimbang, depresi dan berbagai macam penyakit jiwa lainnya. Nah... sepertinya saya sedang merasakan salah satu dari itu. Belum mencapai tingkat depresi namun bisa jadi jika saja saya telat memutuskan untuk terapi menulis.
Perkenalkan dulu sebelumnya, beliau laki-laki tampan dan mapan yang memiliki garis keturunan langsung Tionghoa. Tubuhnya berisi juga menjulang, kulit putih bersih serta ciri khas yang menempel, bermata “minim”. Usianya sekitar 40 tahunan saat aku diijinkan waktu untuk bertemu.
Beliau langsung jatuh hati saat bulan pertama pertemuan kita, sebabnya adalah aku mampu membuat kagum dokter hewan sebagai perwakilan FAO yang sedang mampir ke kantor untuk mengambil data penelitian. Simpel saja sebenarnya, sebagai karyawan baru yang cuma penasaran dengan bidang baru jadi sedikit bertanya tak apa dong.
Empat tahun bekerja sama membuat masing-masing dari kami sedikit banyak tahu hal-hal pribadi, yah yang mau di bagi saja. Berhenti jika terlintas pikiran bahwa ada rasa “lain” diantara kami, karena yah.. aku benar-benar ingin menjadi satu-satunya orang yang dicintai, bukan harus berbagi dengan yang lain. Ku buka sajalah siapa dia. Beliau adalah bos ku yang telah beristri dan memiliki dua anak lucu yang menggemaskan. Anak pertamanya cantik luar biasa dengan rambut hitam lurus yang tergerai dengan elegan, malaikat kecil pelengkap keluarga mereka hadir dengan mata yang tidak mampu sempurna “membuka”. Aku suka melihatnya tertawa, seperti ia memejamkan mata, hhaa.
Beliau tahu perjuanganku akan masa depan, mendukung penuh setiap tindakan di luar kerja. Aku berterima kasih atas kelonggarannya memberikan ijin agar leluasa menyelesaikan tugas kuliah, semua dalam batas kewajaran tentunya.
Selepas istirahat siang, beliau duduk santai di depan meja kerja memberiku isyarat bahwa kini dia akan mengeluarkan tugas baru, membuat tanganku refleks menyingkirkan segala yang tergeletak di atas meja dan mengeluarkan agenda tugas harian, seksama menanti beliau bertitah.
Jadi tahun ini kamu wisuda, Ci?”
Nahhh... pertanyaan macam apa ini?
Iya pak”
Setelah itu mau bagaimana?”
Ada rasa khawatir yang tersirat dalam pertanyaannya. Dan sungguh untuk balas budi telah aku persiapkan jawaban yang akan membuat beliau lega, dan semoga ikhlas melepasku.
Mau merapikan semua berkas di kantor dulu pak,” hati-hati aku merangkai kata, tak tega melihat beliau terluka.
Maksudnya?”
Semua hal yang berhubungan dengan vaksinasi, persiapan chick in, coret ayam, produksi, afkir dan lainnya akan coba saya kumpulkan.”
Banyak hal kecil yang tidak tercatat rapi, hanya telah menempel kuat pada ingatan. Dan membuatnya lega hanyalah dengan detail-detail kecil yang dulu beliau pasrahkan padaku tidak hilang bersama perginya diri ini.
Mau kau buat seperti apa?”
Ini sedang saya rangkai pak, besok siang saya ajukan”
Beliau mengangguk, lalu hening.
**
Beberapa hari berlalu dan siang itu aku dipanggil untuk berkumpul dengan senior dan HRD ku. Ini meeting penting, apalagi sebutannya jika hanya petinggi-petinggi yang kutemui.
Kami berkumpul dalam satu meja, pak bos menyuruhku menyiapkan segala hal yang beberapa hari lalu aku presentasikan. Ia berujar bahwa HRD juga seniorku harus membuat semacam itu untuk perbaikan SOP. Duhhh... melambung, mendengar pujian berkali-kali mengalir dari beliau.
Sudah kubilang bukan bahwa aku termasuk pandai mengamati tingkah orang-orang sekitar untuk kemudian kucuri apa-apa yang mampu membuat mereka senang. Pak bos adalah orang yang mengajariku membuat outline untuk setiap analisa, tak lupa sentuhan warna-warni hingga kami bersemangat membahas setiap bagian, semacam mind map.
Goresan warna dalam setiap pekerjaan menjadikan pak bos tertarik akan setiap data yang kusodorkan. Dan presentasiku penuh dengan warna, menghilangkan kesan jenuh efek samping dari kenyataan detail pekerjaan yang mesti dilakukan.
Ci, buatkan ulang semua detail pekerjaan yang team mu pegang. Tunjukkan padaku dan akan aku bukukan.”
Lemessss.... ini jelas akan memakan waktu panjang juga melelahkan mengingat bahwa banyak sekali hal-hal remeh yang kadang terlewat dan itu penting.
Jadi ini menjadi penghalang kepergianmu ?
Bukan.. ini sebuah tantangan.
Beliau orang baik yang bersedia membagi ilmunya, tak kan kutahan diri untuk menularkan kemampuan demi kemajuan perusahaan beliau. Terima kasih pak, untuk perkenalan kita yang mengagumkan.



Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

13 komentar

  1. Salam utk pak Bosnya ya mbk Ci ..
    Hehee

    BalasHapus
  2. hbs wisuda, nglamar kemana de?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhhaa... Mau blajar buat cerita anak... Ajariiin mbak...

      Hapus
  3. Pak Bosnya keren banget mba. Salam ya utk beliau. Eh..hehehe

    BalasHapus
  4. Cie...pak bos teladan.....aawaass ada yg kesengsem....ntar.....
    Semangat mbak ciani....
    Moga segera nemu pak bos yg ciamik....

    BalasHapus
  5. Cie...pak bos teladan.....aawaass ada yg kesengsem....ntar.....
    Semangat mbak ciani....
    Moga segera nemu pak bos yg ciamik....

    BalasHapus
  6. Cie...pak bos teladan.....aawaass ada yg kesengsem....ntar.....
    Semangat mbak ciani....
    Moga segera nemu pak bos yg ciamik....

    BalasHapus
  7. Pak boss baik, yah...
    Alhamdulillah...

    BalasHapus
  8. Duh, sayang banget kalo harus ninggalin pak bos yang baik hati begini.

    BalasHapus
  9. Duh, sayang banget kalo harus ninggalin pak bos yang baik hati begini.

    BalasHapus

Posting Komentar