Gadis Sendu episode dua

15 komentar

Ku edarkan pandangan, mencoba mengenali sekolah yang tiga tahun kedepan akan menjadi tempat menghabiskan waktu-waktu produktifku. Di berbagai tempat kutemukan banyak murid-murid yang bergerombol dengan seragam-seragam senada, mungkin mereka dulunya satu sekolah yang sama dan kembali bersama di tingkat atasnya.
Aku yakin tidak ada yang kukenal disini, karena aku pindahan dari Kalimantan yang terpaksa pindah ke desa ini karena kakekku meninggal dan menyisakan rumah serta lahan kosong yang tidak terurus, berhubung ayahku anak tunggal jadi ya tak ada penyangkalan.
Ruang kelasku berada di urutan paling jauh dari pintu gerbang, ini berarti tak ada lagi kata terlambat untuk masuk sekolah, tapi yang menguntungkan rupanya ruang guru berada di sisi yang berlawanan dari pintu gerbang, jadi jika esok terlambat setidaknya aku bisa lebih dulu berlari kedalam kelas, tidak mungkin kan guru akan berlari-lari?
Mataku tertuju pada makhluk mungil yang duduk sendiri di deretan pinggir sebelah kanan searah dengan pandangan duduk guru. Kenapa dia tak coba untuk berinteraksi dengan murid yang lain? Pantas saja bangku disebelahnya masih kosong. Ada yang aneh terhadap gadis itu, ia tenang-tenang saja tak memiliki teman sebangku, tak ada rasa canggung ataupun kesepian, tangannya menggenggam sebuah buku yang menjadi pusat perhatiannya.
Sepertinya menarik, ada hal yang tidak biasa kulihat darinya, seolah senada denganku yang enggan untuk memulai masa remaja ku dengan suara berisik yang sedang sok-sok meng-AKU-kan dirinya sendiri.
Hei, boleh aku duduk disampingmu?”
Yuhuu... langkah pertama menuai hasil yang baik, akhirnya aku mendapat persetujuan untuk duduk disampingnya. Ia hanya memandangi dan yahh pastilah tersadar bahwa lelaki yang mendatanginya begitu mempesona. Namun waktunya mengagumiku terlalu lama dan aku harus menjalankan jurus selanjutnya.
Kau bisa bermain denganku?”
Dia diam lagi, masih mengamatiku, oke kali ini aku juga risih jangan-jangan ada yang salah dengan penampilan atau mungkin ada permen karet di rambutku, oh tidak aku tidak suka mengunyah permen karet, lalu apa? Oke sebaiknya aku ke toilet dan memeriksanya terlebih dahulu, tapi tak akan kulepaskan gadis ini.
Baru saja aku bergerak tiba-tiba gadis ini bersuara, memang sulit sekali menebak isi kepala anak ini, tapi aku yakin beberapa waktu ketika kami mulai akrab maka akan mudah untukku menebak setiap jalan pikirannya.
Beberapa menit selanjutnya aku dibuat kagum hingga berujung kesimpulan bahwa dia akan menjadi partner yang cocok melewati dunia abu-abu yang penuh cerita dan cita. Namun sorot matanya yang penuh selidik seolah menyiratkan sesuatu yang tidak biasa.
Aku memanggilnya Desuu, sebutan untuk anak kecil dari negeri sakura. Tunggu, ia tidak sedang mencurigaiku atau semacamnya kan?
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

15 komentar

  1. Wah...jadi kayak baca komik-komik Jepang nih. Asyiiik..

    BalasHapus
  2. Kereen, menceritakan bergantian dari dua tokoh...seperti novel sepotong diam bang syaiha...

    BalasHapus
  3. Kereen, menceritakan bergantian dari dua tokoh...seperti novel sepotong diam bang syaiha...

    BalasHapus
  4. Penasaran selanjutnya...., kek komik emang bahasanya... hehe

    BalasHapus
  5. bacanya sambil bayangin gambarnya di komik >,<

    BalasHapus
  6. Si cowo usil macamnya, Hihihii

    BalasHapus
  7. Masa putih abu-abu..
    Terkenang indahnya.. He..

    BalasHapus
  8. Kalau de cian boleh kok duduk di sampingku.

    BalasHapus
  9. Kalimat terakhirnya, cerdas.

    BalasHapus
  10. Kalimat terakhirnya, cerdas.

    BalasHapus
  11. ooh.. ini menampilkan 2 sisi tokohnya ya? keren.. aku belum bisa bikin yang bergantian kek gini.

    BalasHapus
  12. Serasa baca cerita terjemahan, keren

    BalasHapus

Posting Komentar