Sepi Sendiri Tanpa Dia

17 komentar



Aku sudah mengenalnya tujuh tahun yang lalu namun mulai akrab dua tahun belakangan ini, pertemanan ku dengannya telah bermetamorfosis menjadi sesuatu yang erat, dibutuhkan dan sepertinya dia pelengkap hidupku yang butuh teman melaju.
Pertemanan kami layaknya sesuatu yang tak perlu diberitakan agar semua orang paham, karena sesungguhnya ikatan ini tercipta juga diam-diam, haahaa. Tak saling menampakkan kala kami bersama dengan teman yang lain, hanya ia tiba-tiba datang kerumah, menculikku dan kami bercerita hal sepele yang entah kenapa memang harus diceritakan.
Berpikir ada yang aneh? Atau kalian sebenarnya bingung kemana arah pembicaraan kita ini? Baiklah...baiklah...
Aku dan dia tidak sama, satu-satu nya kesamaan kami adalah bahwa kami memiliki jam malam yang panjang, ketika yang lain terlelap aku dan dia bercengkrama menembus gelap malam, menikmati hening dan juga saling bertahan untuk tetap terjaga hingga sang fajar memaksa yang lain untuk membuka mata. Dan seringnya aku yang mengaku kalah, disini aku curiga bahwa jangan-jangan ia turunan vampire yang terbiasa hidup di malam hari dan tidur di siang hari. Sayangnya kecurigaanku belum terungkap hingga kini, saat kesempatan untuk membuktikannya tak lagi terbuka lebar.
Yah, jarakku semakin jauh dan terus melebar menjadikan jurang pemisah di antara kita kian dalam hingga entah cara bagaimana lagi untuk dapat menyambungkan kedua sisinya. Aku terlalu pengecut untuk sekedar berada di tebing dan meneriakkan namanya, sebenarnya sudah beberapa kali kucoba namun tidak tepat di bibir tebing karena aku begitu takut akan tergelincir dan semakin dalam menuju kegelapan saat menyadari dia tidak bersama ku lagi.
Mungkin teriakanku tak mencapai hatinya hanya berdengung masuk telinga kanan dan segera meninggalkannya lewat telinga kiri. Tanpa membuatnya menoleh ke arahku. Kini ku lihat ia tak lagi berjalan namun berlari secepat yang dia bisa menjauh dariku dan tanpa menoleh kebelakang, peduli apa dengan orang yang dengan sengaja melukai hatinya, merobek setiap kepercayaan yang telah diberikannya, juga harapan tinggi yang ia gantungkan padaku, benar ini mutlak kesalahanku.
Dulu sebelum aku meretakkan tanah ini dan perlahan membentuk lubang hingga jurang terbentang diantara kita, dia pernah dengan sungguh-sungguh memintaku untuk membantunya menjaga hati rapuhnya dari orang yang ia sebutkan namanya, namun saat itu aku berada pada posisi yang tidak memungkinkan untuk berpihak pada salah satunya. Orang itu yang ia sebutkan namanya adalah teman seperjuanganku yang aku pun telah banyak berhutang budi padanya, rumit sekali. Bermalam-malam aku coba untuk mencari jalan keluar terbaik hingga sebuah keputusan yang hingga kini begitu kusesali tercetus di malam dingin tanpa bintang.
Ku kira ia adalah teman yang akan memaklumi segala tingkahku dan ku harap begitu pula untuk kasus ini, maka aku melanggar janjiku yang satu ini, ahh ku kira akan baik-baik saja karena sebelumnya ia tak pernah sedikitpun marah jika aku melanggar perjanjian kita sebelumnya. Namun, rupanya ini masalah besar untuknya, ia telah memintaku berulang kali dan aku mengabaikannya. Aku lebih mendahulukan ego ku dan rasa hutang budiku ketimbang terhadap ia yang bersusah payah menjadi tempatku berbagi segala hal saat yang lain hanya mengangguk tanpa membuka telinga untuk mendengarku lebih.
Kini.. tak ada lagi percakapan-percakapan sepele ku dengannya, bertahan untuk bersama rembulan hingga mentari menduduki singgasananya juga acara keluar kami yang begitu kurindukan.
Salahku... tak ada ampunan... kepercayaannya yang begitu besar telah ku campakkan dengan sengaja. Ku sadari bahwa sesungguhnya aku lah yang telah menenggelamkannya kedasar samudra gelap namun yang terjadi adalah aku yang membutuhkan cahaya meski kakiku berdiri tegak di bawah sinar terik sang surya.
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

17 komentar

  1. Rumit, nah aku malah tenggelam dalam kata2mu mbk.

    BalasHapus
  2. Rumit, nah aku malah tenggelam dalam kata2mu mbk.

    BalasHapus
  3. Kenapanya qku ngga ngerti apa yang dibahas, lebih terlena dalam lautan kata2 yah. Kereeen mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhaa... Sama.. Aku juga ga mudeng, mksii bang gilang

      Hapus
  4. Balasan
    1. Dia... Dia.. Dia..

      Ahh Mbak Lisa, apa kunamakan aktorku DIA saja ya ??

      Hapus
  5. Rapi sekali tulisannya,
    Alurnya jg keren ..

    BalasHapus
  6. Rapi sekali tulisannya,
    Alurnya jg keren ..

    BalasHapus
  7. Wow....koq aq bisa merasakan feel mbak ciani yach....keren mbak..namun apa krn kita punya kisah yg mirip yach....wkwkwk...(#curcol)....btw bagus mbak story n kata2 e...hingga membuatku terbenam dlm samudera kisah kasih (/opo sahabat yooo????

    BalasHapus
  8. baru selesai baca maraton bbrapa ceritanya mbak, tapi menurutku, satu ini yang sukses bikin baper hehehe, ini cerita nyata mbak ?.kalo nyata, sekarang gimana tuh hubungan sama temennya ? ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, terima kasih sudah mampir...

      Hubungan kami aman terkendali, mencoba dr awal lagi.. Dan tidak mudah, hhaa

      Hapus
    2. wah, semoga sukses mbak, trus siapa tuh yang mulai mendekat lagi, mbak ciani atau temennya ?.

      Dibuat cerita lanjutan dong mbak buat yang ini hehee

      Hapus
    3. Hhee.. Mksii ya masukannya.. Terharu nih..

      Hapus

Posting Komentar