Sang Penyamar (1)

2 komentar



Tok... Tok... Tok..

Ketukan untuk yang ketiga kalinya dan masih tidak ada jawaban dari tuan rumah. Mungkin suasana setelah turun hujan adalah waktu berkualitas untuk memanjakan diri di atas kasur empuk bersama hangat selimut yang melilit tubuh, terbuai dalam mimpi-mimpi yang membawa naik ke langit bersih.

Klek..

Kutahan langkah kaki yang sudah berniat untuk kembali, pintu terbuka perlahan dan nampaklah gadis dengan tinggi sekitar 160 centimeter, wajahnya bersinar tanpa make up, bajunya serasi dengan warna jilbabnya, biru laut, senada sekali dengan cerahnya dunia saat ini.

"Maaf... Ada yang bisa saya bantu?"

Suara gadis itu lembut, bisa kutebak jika bernyanyi pastilah terdengar merdu, matanya yang sayu menatap ku menanti jawaban.

"Saya mau cari Lala ada ?"

"Iya saya Lala, ada apa ?"

Aku tertegun, mencoba mengingat kembali gadis yang kutemui seminggu yang lalu di taman kota sore itu. Tidak, aku masih ingat betul, aku yakin tidak salah. Dia gadis lincah, tidak seanggun wanita yang kini berada di depanku. Tapi... Alamat ini sesuai dengan yang diberikannya.

"Tapi... Saya... Tidak.. "

"Maaf... Apa yang membawa anda kemari ?"

"Saya ingin mengembalikan ini", aku mengangsurkan kotak berisi identitas gadis yang kutemui di taman, sore itu, sewaktu dia meminjamkan payungnya untuk ku yang terburu-buru pulang.

Gadis itu perlahan tersenyum setelah mengetahui apa yang kuberikan, lalu menerima payung transparan putih dengan renda bunga soft pink disekitarnya, gagangnya berwarna kuning emas, cocok jika payung itu milik gadis berbulu mata lentik di depan ku ini.

"Maaf mas... Dimana anda bertemu dengan Fay?"

Oohhh... Fay namanya.

"Di taman kota, sewaktu saya sedang membeli jajanan di pinggir taman. Fay itu kembaran kamu ?"

"Bukan... Dia teman saya"

"Lalu identitasmu ?"

"Dia pinjam"

"Untuk apa ?"

"Entah..."

Dahiku berkerut, dasar gadis bodoh. Bagaimana bisa dia meminjamkan identitas orang lain kepada orang yang belum dikenalnya, bisa saja aku menyalahgunakannya. Ceroboh betul.

"Mas..."

Aku tersentak dari lamunanku, "Mbak, besok jangan pinjamkan lagi identitas mbak kepada orang semacam dia. Bahaya."

"Iya.. Mas"

"Saya mohon diri dulu, terimakasih sebelumnya. Ingat betul-betul pesan saya ya mbak. Gadis itu payah."

Senyum gadis itu dan pikiran tentang gadis bernama Fay itu mengantarku menghilang di balik tikungan.

Gadis anggun tersebut segera menutup kembali pintu rumahnya, dan sesuai dugaannya, satu pesan masuk sudah bertengger di handphone nya.

To : Lala
From : Fay

Kak lala... Itu target gue selanjutnya.
Big thanks.

Oohh Fay, benar katamu, bahwa tak boleh sekalipun mereka meremehkan wanita, tapi kira-kira ada apa dengan pemuda tampan yang belum kuketahui namanya itu ?

Fay, sang penyamar.. Dasar tukang buat ulah.

Bersambung....

#OneDayOnePost
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

2 komentar

  1. Bersambung... Aku penasaran T_T
    Ditunggu kelanjutannya:D

    BalasHapus
  2. baiklah.. baiklah.. aku menunggu. dengan sabar.. dan wajah manis.:D

    BalasHapus

Posting Komentar