Merdeka Pendidikan Untuk Anak Disabilitas dan Kusta

Posting Komentar

 

Sesuai dengan isi UUD 1945 pasal 31 ayat 1, Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Pentingnya pendidikan dasar bukan hanya menjadi hak warga negara, namun juga kewajiban negara.

Makna "setiap warga negara" berarti tidak ada pengecualian termasuk untuk penyandang disabilitas dan kusta. Dan perlu diingat bahwa setiap warga negara boleh memilih pendidikannya.

Beberapa orangtua dengan banyak pertimbangan memilih sekolah negeri untuk anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus. Tentu tak ada larangan, namun umum diketahui bahwa belum semua pihak bisa menerima kehadiran "mereka".

Yuk cari tahu jawabannya dari narasumber yang berkecimpung dalam masalah ini.

Mengenal Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi adalah sekolah yang juga memberikan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Di sekolah ini, baik anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak, akan belajar di kelas yang sama dan mendapat pendidikan yang serupa.

Salah satu sekolah negeri yang juga menjadi sekolah inklusi adalah SD Negeri Rangga Watu, Manggarai Barat.

Banyaknya anak berkebutuhan khusus di Manggarai Barat dan akses menuju Sekolah Luar Biasa yang lumayan jauh memotivasi Bp. Frans Patut, S.pd selaku kepala sekolah SDN Rangga Watu untuk menjadikan sekolahnya sebagai sekolah inklusi.

Jelas tidak mudah menyelenggarakan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, oleh karena itu beliau bermitra dengan Yayasan Kita Juga (Sankita).

Kenal Lebih Dekat dengan Yayasan Kita Juga (Sankita)

Organisasi sosial yang bergerak di pemberdayaan penyandang disabilitas ini sudah berdiri sejak tahun 2007 di Kabupaten Manggarai Barat. Dan sejak tahun 2017 sudah menjadi yayasan, di tahun ini pula SDN Rangga Watu mengantongi SK dari pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi.

Banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak mengenyam pendidikan dikarenakan belum tersedianya sumber daya pengajar. Sankita berkomitmen untuk mengenalkan pendidikan inklusi demi masa depan anak-anak penyandang disabilitas.

Meningkatkan kapasitas guru menjadi salah satu upaya Sankita agar kelak penanganan anak-anak penyandang disabilitas di sekolah inklusi dapat optimal, seperti mengadakan pelatihan mengidentifikasi dan mengasesmen anak berkebutuhan khusus. Dengan pelatihan ini guru dapat memahami jenis-jenis disabilitas, permasalahan yang dihadapi disabilitas/ anak berkebutuhan khusus serta apa saja kebutuhan anak disabilitas.

Contoh kasus misalnya saat menghadapi jenis anak berkebutuhan khusus sensorik netra dengan satu mata yang masih berfungsi, maka guru akan merancang strategi pembelajaran dan materi yang akan diberikan, apakah dengan tulisan yang agak besar, atau mengatur posisi duduk anak di barisan depan agar memudahkan melihat, dan lain sebagainnya. 

Selain kepada pihak sekolah, yayasan Sankita juga menemui para orangtua dengan anak penyandang disabilitas untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah inklusi.

Motivasi dalam bentuk nyata memengaruhi keputusan orangtua untuk mengirim anak mereka bersekolah, ujar Bapak Anselmus Gabies Kartono yang juga penyandang disabilitas (tunanetra).

Program lain yang juga Sankita lakukan adalah memberikan Pelatihan di Balai Kantor Kepala Desa dan Ikut Berpartisipasi mengikuti Kegiatan Pembangunan Desa. Dengan kegiatan ini diharapkan membuka mata masyarakat bahwa anak disabilitas bisa berkembang dan melakukan tugas seperti masyarakat lainnya jika terus di dukung dan difasilitasi oleh semua pihak, terutama ditengah masyarakat.

Siswa Berkebutuhan Khusus di SDN Rangga Watu

Terdapat 7 siswa berkebutuhan khusus yang bersekolah di SDN Rangga Watu, salah satunya Ignas Charlie.

Ignas merupakan siswa kelas 5 penyandang disabilitas. Meski begitu semangat belajar menguatkan tekadnya untuk terus bersekolah.

Berangkat ke sekolah bersama teman-teman menjadi hal menyenangkan baginya sebelum bertemu dengan guru-guru yang rendah hati. Bermain bola menjadi pilihan menghabiskan waktu istirahat, sebagai langkah awal dari mimpinya menjadi pemain bola.

Semangat Ignas! Darimu, kami belajar bahwa semua bisa jika ada kemauan.

Kendala Sekolah Inklusi

Pemerintah telah mengizinkan sekolah negeri untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi, namun ada beberapa hal yang masih menjadi PR besar agar dapat mengantongi izin. Salah satunya adalah Belum tersedianya pembimbing khusus untuk menangani anak-anak penyandang disabilitas.

Bapak Frans berharap pemerintah bisa membuka lowongan pembimbing khusus agar sekolah inklusi tersedia lebih banyak lagi.

Mengikuti Talkshow Ruang Publik KBR ini menyadarkan saya bahwa penyandang disabilitas dengan keterbatasannya ternyata memiliki semangat belajar yang tak kalah besar dengan kita. Orang tua yang berbesar hati dengan keadaan anaknya, juga orang-orang baik yang peduli, semua  bersinergi dengan pemerintah memberikan pendidikan agar kelak mereka juga bisa berdiri membangun negeri.

Semangat untuk kita semua, pendidikan adalah hak semua warga negara. Merdeka belajar bebaskan kita dari kebodohan.

Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

Posting Komentar