Guru Tidak Harus Lebih Tua

8 komentar
Bagiku dia adalah guru yang pura-pura bertanya untuk menguji kemampuan, seolah tak paham apapun agar aku menjelaskan, bertingkah kesana kemari hanya untuk melihat cara aku menenangkan.

Malam ini sunyi, hanya ada aku dan dia di beranda rumah. Kertas-kertas berserakan, tumpukan tebal buku-buku menjulang di atas meja. Kami baru saja mencari sesuatu atas jawaban pertanyaan yang mengganggunya sedari tadi.

"Sudah ketemu?," tanyanya dengan raut muka masih antusias.

Aku tersenyum. Entah bagaimana jika jawabanku mengecewakannya, terlebih faktor yang mendukung belum begitu banyak kukantongi.

"Jadi kenapa manusia itu yang menjadi nabi?"

Matanya mengerjap, ada keingintahuan yang teramat.

Kami baru saja berdiskusi tentang nama-nama nabi. Dalam keheranannya dia bertanya kenapa Musa bisa menjadi Nabi? Kenapa harus Sulaiman yang bisa berbicara dengan hewan dan juga jin, kenapa?

Terus dia mendesakku sedang aku tak banyak tahu perihal ini. Tak mungkin mengecewakannya dengan menggelengkan kepala, maka kususun jawaban yang jika tidak memuaskannya bisa meredam sebentar rasa penasarannya.

"Menjadi nabi itu bukan sembarang orang loh. Hanya yang terpilih saja dan yang memilih itu langsung Allah."

Diam aku sejenak, menunggu dia bereaksi. Bola matanya masih tepat di tengah, menantiku untuk melanjutkan.

"Tugas Nabi itu beraaaaatt sekali."

"Kayak Nabi Ibrahim ya? Yang dibakar hidup-hidup?"

"Nah... klo bukan orang pilihan tidak mungkin akan menerima yang seperti itu dengan ikhlas kan?"

"Iya, terus kata Pak guru, waktu pasukan Nabi Sulaiman lewat ketua semut bilang klo semua semut harus masuk ke sarang jika tidak mau diinjak."

Aku mengulum senyum, dia memperagakan gerakan kaki pasukan yang berjalan beraturan. Pipi gembulnya membuatku gemas. Lalu disusul dengan mengangkat tangan kanan bak seorang pemimpin yang menggunakan pengeras suara, mengomandokan pasukan untuk segera menuju tempat aman.

Benarkan, apa kubilang. Dia hanya menguji ingatanku saja. Hanya menguji.

Dialah Belva anak kelas tiga sekolah dasar yang membuatku banyak belajar 😊😊
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

8 komentar

  1. Cuma satu de muridnya ? aku dong banyak hahaha . Mode sombong

    BalasHapus
  2. Hamparan kehidupan ini adalah guru, begitu kata orang bijak, sok bijak mode on wkwkwk

    BalasHapus
  3. Kadang bocah sd pun lebih cerdas dibanding bocah sma

    BalasHapus
  4. Terkadang dari seorang anak kecil kita bisa belajar :)

    BalasHapus
  5. Hihihi...jadi ngebayangin pipi gembulnya.

    BalasHapus
  6. Huum...anak anak mengajarkan banyak hal...baik yang tersirat maupun tersurat

    BalasHapus

Posting Komentar