Kilat Cinta Bapak

5 komentar



HUAAAA...... HHUUUUAAAAA.....

Apa yang bisa dilakukan anak kecil yang baru berumur delapan tahun untuk mendapatkan keinginannya?

Aku masih sesunggukan saat kakak jengkel melihat tingkah polah adiknya. Ia berulang kali melirik jam dinding, menatapku yang kubalas dengan gelengan. Nenek kembali memaksa Bapak untuk menuruti permintaanku.

Bapak, lelaki pendiam namun selalu berpikir logis tak beranjak sesenti pun.

Tidak semua yang kakakku miliki harus aku dapatkan pula di waktu yang bersamaan.

Mungkin begitu arti dari sikap diam beliau.

Kakakku jengah, ia beranjak pergi, tak perduli lagi dengan bagaimana nasibku. Bapak mendekat dan membujukku. Aku tak mau tahu. Bapak mengalah. Beliau mengayuh sepeda anginnya menuju sebuah toko buku dengan jarak sekitar tiga kilometer, berpacu dengan detak jarum jam agar secepatnya sampai kembali ke rumah.

Bapak kembali, senyumku hadir lagi.

Kakakku menggeleng tak habis pikir saat kami bertemu di surau, aku menenteng dengan bangga sebuah buku tebal berwarna kuning emas mengkilat. Duduk dengan gembira di depan pak ustad, tak perduli lagi jika akhirnya buku itu belum dibuka sebab pak ustad masih sibuk meyakinkan aku bahwa fathah yang melintang sepanjang huruf ba tidak lantas dibaca panjang.

Malamnya Bapak meminjam buku itu, menuliskan sesuatu pada sisi atasnya dengan pena hitam. Aku berlari mengitari ruangan, berkali-kali memamerkannya kepada nenek yang tak henti tersenyum.

Kini, buku itu masih ada, berjajar di rak buku, lama tak membukanya, aku mendapatkan yang lebih kecil agar mudah kubawa kemana saja. Buku yang mengingatkanku bahwa apapun akan Bapak lakukan agar anak-anaknya mau pergi mengaji, sebab masih ada kehidupan setelah kematian yang harus kita persiapkan.

Malam saat aku sibuk menenteng buku kuning itu kemana-mana, kakakku bersila di sudut ruangan, mulutnya membuka dan menutup seperti ikan. Aku baru sadar sekarang, kenikmatan yang membuatnya tak terusik sedikitpun akan celotehan mulut kecilku.

Bapak... terima kasih ya sudah mengenalkanku pada kitab suci.


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

5 komentar

  1. "Bapak, lelaki pendiam namun selalu berpikir logis tak beranjak sesenti pun. Bapak... terima kasih ya sudah mengenalkanku pada kitab suci."
    Sukaaaaaaaa #PengenNangissss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puk... Pukk... Kak Int...

      *meluncurpelukbapak

      Hapus
  2. Aku sukaaaaaa banget mbak Cili.. 😘😘😘

    Thanks yah. Misi terselesaikan.

    BalasHapus

Posting Komentar