Ahh ya, kumohon jangan lantas kalian abaikan aku sendiri di lantai dua dalam waktu yang lama ya? Oke, terimakasih.
Begini, tentang kamar kosong itu tak perlu dibahas lebih lanjut, aku tidak mau tahu lagi. Ada hal yang lebih penting, sesuatu yang terlewatkan sebab aku jarang sekali menjadi pengamat sekitar.
Tikungan kedua.
Keluar dari ruangan, kalian harus belok kanan untuk turun ke lantai satu. Ada tembok dengan lebar setengah meter yang dibangun sehingga tidak bisa langsung berbelok. Aku menyebutnya tikungan pertama.
Lalu sepuluh tangga pertama dengan sepuluh tangga selanjutnya dipisahkan oleh lantai datar kira-kira 2 meter persegi, disitulah tikungan kedua berada.
Awalnya biasa, tak kuhiraukan hingga sesuatu berwarna hitam seperti tongkat menempel di sudut menarik perhatianku. Mendekat, melihat dan menyentuhnya... Berdebu... Ternyata itu adalah pipa pralon yang digunakan untuk membungkus kabel juga mencegah gangguan dari hewan pengerat.
Suatu hari... lagi-lagi... Mataku menangkap hal yang tak wajar di tikungan kedua. Sama dengan yang kudapati pada kamar kosong di lantai dua, ada triplek yang dicat sama persis dengan warna tembok. Pertanyaan selanjutnya, untuk apa? Kenapa banyak triplek di hotel ini? Tidak mungkin untuk menutupi area yang berlubang, kan?
Kupendam rasa penasaran ini hingga jawaban muncul sendirinya, triplek itu digunakan untuk menutupi ruangan disebaliknya. Bukan berfungsi sebagai pintu, bahkan ruangan tersebut tidak berpintu apalagi berjendela.
Baiklah, ruangan entah seluas apa(besok biar kucari tahu lagi luas pastinya) yang hanya memiliki lubang kira-kira 1mx1,5m ditutup dengan triplek, berada di antara tangga lantai satu dan dua. Ruangan semacam apakah itu?
Tikungan pertamanya mana ? hihi
BalasHapusHeemmm... Ada Aa, dih..
HapusIhh ngeri jadi inget film pintu terlarang.
BalasHapusDik ci...bikin penasaran
BalasHapus