Sayapku Telah Patah

5 komentar

Malam itu aku tengah menekuni baris demi baris untuk merampungkan sebuah novel, yah kalian harus paham dan kupaksa mengerti jika "tidak" adalah jawabannya. Aku benci bising yang tercipta di sekitarku, itu berbahaya untuk fokus yang susah tercipta.

Getar ponsel membuyarkan konsentrasi yang telah tiga puluh menit bertahan, menunggu nama seseorang muncul di layar sebelum mengangkatnya. Hanya nomor, siapa ya?

Menunggu beberapa detik agar yakin bahwa itu tidak sekadar salah tekan.

"Halo"

Tak ada sahutan.

Aku diam. Ahh masa seperti ini sudah lewat, jika sekarang aku masih menggunakan putih abu-abu di hari senin hingga kamis maka akan segera aku kirimi pesan bertanya siapa gerangan. Sekarang? sudah malas. Silahkan memperkenalkan diri sebab Anda yang berkepentingan, batinku.

Masih banyak halaman yang harus segera aku kunjungi jika tak mau berlama-lama terkekang akan rasa penasaran. Ponselku bergetar lagi, nomor yang sama. Angkat tidak ya?

Tak ada suara dari seberang, aku memang menggeser simbol hijau namun tak bersuara. Baiklah hatiku berdesir, otak mulai mengerimkan sinyal hingga jantung berdegup tak beraturan, sempurna, hilang sudah minat bacaku.

Panggilan ketiga terabaikan, betapa engkau tak mengijinkan aku untuk sejenak bercumbu dengan bunga azalea milik Miss Maudie.

Sengaja tidak diangkat dan semoga maksudku kautangkap dengan baik.

Terima kasih telah cukup sopan untuk tak menelpon lagi, dan sebuah pesan dua layar menjadi sembilu yang bukan hanya kau saja tapi aku juga yang perih karena teriris takdir.

Bisikanmu mengatakan
Ada seseorang di balik bukit sana 
Menunggumu dengan setia
Menghargai apa arti cinta

Hati terjatuh dan terluka 
Merobek malam menoreh seribu duka

Kukepakkan sayap-sayap patahku
Mengikuti hembusan angin yang berlalu
Menancapkan rindu... 
Ingin kurengkuh

Kugapai kepingan di sudut hati 
Namun hanya bayangan yang kudapat

Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya
Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini
Ia telah patah

Tak peduli betapa ingin kau belai lembut anakan rambut pada keningku, sungguh aku tak ingin terpejam. Bisakah dirimu berhenti membuatku merasa berdosa?


----

Label "Abadi" akan digunakan untuk menyimpan segala kenangan tentang seseorang dari seberang, yang rasa tulusnya aku hargai, curahan kasihnya aku rindukan meski terkadang perhatian berlebihnya menenggelamkan. Tulus doa aku lantunkan kelak segera engkau temukan seseorang lain yang mampu menyempurnakan hidup unikmu, semoga bukan aku.

Maafkan aku, jika engkau tak berkenan dengan ini, berhentilah sekarang juga untuk mengirimkan hal semacam ini padaku.

Salam bahagia dariku, harusnya memang kita hanya berteman.




*Pesan darimu kala gelap malam mulai menyapa, 19 Januari 2017


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

5 komentar

Posting Komentar