Siang
harinya istri petani datang bersama dua anaknya yang masih
kecil-kecil, membawa bekal dan mereka makan bersama di gubuk ini.
Biasanya sebelum sore mereka telah bersama kembali ke rumah, namun
akhir-akhir ini situasi desa sedang ruwet. Banyak hewan yang turun
dari hutan untuk menjarah kebun mereka. Ini semua disebabkan karena
hutan telah dibakar oleh sekelompok orang dari kota, untuk mendirikan
pabrik begitu kata mereka. Petani hampir selalu menjaganya hingga petang.
Dilema
yang dirasakan kancil membuatnya sedih, apa yang harus ia lakukan?
Sebenarnya bukan salah dirinya juga teman-temannya yang hanya ingin
mengisi perut mereka sebab tempat tinggal mereka telah dipersempit.
Tapi sekali lagi ia tak tega melihat para petani harus gagal panen
karena ulah dirinya juga teman-temannya.
Saat
Kancil tengah tenggelam dalam lamunannya ia dikejutkan oleh sebuah
timun yang diangsurkan petani tepat di hadapannya, ingin rasanya lari
namun air liurnya hampir menetes melihat makanan lezat terhidang di
depan mata.
Apakah
ini jebakan?
Kancil
adalah hewan cerdik, ia sering melihat teman-temannya seperti kera,
babi, dan lainnya yang seringkali masuk perangkap petani di desa dan
setiap yang masuk dalam jebakan tak pernah terdengar lagi kabarnya.
Makanlah.
Mungkin seperti itu yang ditangkap Kancil melihat petani tersenyum
dan meletakkan timun di atas tanah lalu kembali menerawang jauh ke
dalam hutan. Bisa saja petani merasakan dilema yang sama dengannya,
alam sudah sedemikian tertata dengan rantai makanan yang terjaga
namun seringnya manusia dengan dalih meningkatkan kemakmuran
merusaknya semena-mena.
Timun itu segar sekali, Kancil melahapnya perlahan hingga tak ada
sisa. Tiba-tiba ia tahu apa yang harus ia lakukan.
Kancil melompat ke hadapan petani hingga mengaggetkannya, lalu
melompat-lompat kecil di samping obor yang berada di samping gubuk
kemudian mengitari kebun di mana Kancil berhenti sejenak di beberapa
titik kemudian melompat-lompat.
Semoga
petani mengerti maksudku.
Setelah itu ia pergi masuk hutan dengan kecepatan tinggi, perutnya
sudah terisi dan ia tidak akan membiarkan teman-temannya kelaparan.
Tujuannya satu berlari masuk ke dalam hutan, jauh, jauh lebih dalam,
dimana tempat tersebut tak diketahui oleh manusia. Ia akan mengajak
teman-temannya untuk memulai hidup baru di sana. Tak apa gelap dan
terasa lebih lembab dari tempat tingglnya dulu yang penting orang
dari kota itu tak mengusik mereka.
Di gubuk petani tersenyum, ia membunyikan kentongan hingga warga desa
berkumpul.
“Aku punya cara agar hewan-hewan dari hutan tak menjarah kebun
kita.”
“Tembaki saja mereka.”
“Buat perangkap yang mematikan, biar jera.”
“Kita lempari batu.”
Sahut-sahutan warga yang geram akan ulah hewan hutan terdengar
memenuhi langit yang gelap tanpa bintang.
“Tenang saudara-saudara, kita akan memasang banyak obor di
sepanjang batas dekat hutan dan bergantian untuk menjaganya hingga
panen menjelang.”
“Benar. Hewan hutan takut pada api.”
“Apa akan berhasil?”
“Saya yakin ini akan berhasil. Mari kita coba.”
Malam itu penduduk desa bergotong royong mencari bambu untuk membuat
obor, sedang jauh di dalam hutan kancil tersenyum lega sebab ia telah
menemukan kawasan hutan di bawah air terjun yang tersembunyi, sepertinya cocok untuk tempat
tinggal baru ia dan kawan-kawannya. Kobaran api dari desa
menyempurnakan rasa bahagianya, petani tahu apa yang ia maksudkan.
#UbahEnding
Kreatif semua ubah endingnya... Kereeen
BalasHapusWell, happy ending deh... ^_^
BalasHapusYeyyy kelenn bangett kakak
BalasHapusBenar-benar kerennn!
BalasHapus