“Bundaaaa......”
Seorang
wanita paruh baya muncul dari dapur, menyambut kedua putrinya dalam
pelukan, “Ada apa, pulang sekolah kok teriak-teriak?”
Fio
melirik Cila, bersiap melontarkan segala yang tersimpan dalam dada,
Bunda paham sekali akan apa yang telah terjadi begitu juga dengan
Cila yang kini tersenyum lebar menanti kakaknya mengadu pada Bunda.
“Cila
melakukan sesuatu yang tidak sopan”
“Melakukan
apa sayang?” Bunda menatap Cila meminta penjelasan namun bungsunya
hanya mengangkat bahu dan mempertahankan senyum lebarnya
“Cila
membaca pikiran Godin saat ia mau mengajakku berkencan sabtu malam
besok”
“Apa
yang ada dipikiran Godin, sayang?”
Sigap
Fio mencegah adiknya untuk membongkar sifak tak baik Godin yang hanya
ingin memanfaatkan Fio untuk membelikan tiket nonton, tanpa ia sadari
Bunda telah tahu semuanya sebab Beliau telah membaca apa yang ingin
Cila utarakan lewat sorot matanya.
“Bukan
itu yang harus dibahas Bunda, bukankah manusia tak ada yang sempurna?
Wajar jika masing-masing memiliki kekurangan, kan?”
Ini
tak akan berakhir, Fio akan tetap pada pendiriannya, rupanya cinta
telah menutup akal sehatnya untuk menerima nasihat baik dari orang
lain.
“Iya
sayang, adikmu hanya ingin menjagamu, tapi percayalah bahwa Bunda
akan menghukumnya sebab berlaku tidak sopan pada orang lain”
“Nah
bagus,” Fio melenggang penuh kemenangan meninggalkan adiknya yang
sebentar lagi akan mendapat hukuman.
Cila
meletakkan jemarinya
tepat di dagu, telunjukknya
mengetuk perlahan area bawah
bibirnya seperti memikirkan sesuatu, “Jadi hukuman apa yang ingin
Bunda berikan?”
Jangan
tunjukkan kelebihan itu di depan kakakmu, berbahaya.
Iya
Bunda, aku gemas melihat Kak Fio mudah sekali terperdaya oleh bujuk
rayu laki-laki.
Biar
Bunda yang akan menasihatinya.
Cila mengangguk, percakapan tak bersuara sering ia lakukan dengan
Bundanya terlebih menyangkut Kak Fio yang akan menganggap gila hal
ini. Entah mengapa mereka tak sama, pertanyaan yang sering Cila
lontarkan namun tak pernah ada jawaban.
“Kau dihukum untuk mencuci piring makan siang kami”
Fio yang mendengar hukuman itu tersenyum gembira, semoga ini membuat
Cila kapok dan tidak lagi sok-sokan mengutarakan hipotesa-hipotesa
anehnya yang belum tentu benar.
Cila juga tersenyum, ini mudah sekali, bukan hal yang sulit awalnya
sebelum Bunda kembali berbicara tanpa suara.
Sayang,
kali ini tak boleh ada piring-piring berterbangan di dapur.
Ci' li, biarkan aku memberi komentar untukmu lewat media yang hanya kita berdua yang tahu.. #IniBukanCanda
BalasHapusKeren, fantasinya
BalasHapusWowwww deh De
BalasHapusWowwww deh De
BalasHapusSemacam seperti di sinetron2 yang mengeraskan suara hati? Hmm
BalasHapusde cili makin keren aja
BalasHapus