Dongeng Tuan Putri Hujan (Paman Fyein)

4 komentar
Tak seperti para pengawalnya yang ciut ketika mendengar gelegar halilintar yang menguasai angkasa. Senyum pangeran merekah secerah mentari pagi yang menyinari bumi.

Kita berangkat sekarang pengawal,” ujarnya dengan semangat membara

Maaf Pangeran apakah tidak sebaiknya kita tunggu hujan sedikit lebih tenang dulu?”

Beberapa pengawal yang lain mengangguk kecil tanda menyetujui usulan tersebut.

Tidak bisa, kita belum tahu pasti keberadaan Tuan Putri Hujan. Butuh waktu untuk mencarinya dan hujan bisa saja berhenti sebelum kita berhasil menemukannya”

Tak ada pengawal yang bergerak.

Baiklah, kalian boleh tunggu disini, aku bisa pergi sendiri. Oh ya, sampaikan salam pada paduka raja jika hingga malam nanti aku belum kembali. Bilang saja aku telah dimakan binatang paling buas di Hutan Rahasia ini”

Semua tahu ini sindirian, pengawal kerajaan tidak boleh membantah setiap perintah Pangeran, juga seharusnya memiliki mental baja yang tak gentar oleh apa pun yang menghadang.

Baik Pangeran, kami siapkan segala perlengkapan”

Pangeran tahu betul bagaimana memaksa para pengawalnya untuk menuruti setiap kemauannya. Ia kan Putra Mahkota, sudah sepantasnya mendapatkan segala yang menjadi kehendaknya.

Hutan Rahasia pagi itu kelam, awan hitam menjadi atap, kilatan petir terlihat diantara kanopi pepohonan hijau yang rimbun penuh dedaunan. Kuda-kuda kerajaan telah dipersiapkan untuk segala medan, mereka berlari sesuai perintah penunggangnya. Jalanan licin berulang kali membuat pasukan terperosok, namun tak ada ampun, siapa yang tak kuat akan ditinggalkan dan boleh kembali ke perkemahan, yang lain diharuskan melanjutkan pencarian.

Letak mentari yang biasa digunakan sebagai penunjuk waktu kini tak terlihat, beberapa pengawal mengira-ngira waktu yang telah mereka habiskan untuk menyusuri setiap tempat di hutan ini, sudah setengah hari mungkin. Nihil. Sebagian besar pesimis terhadap pencarian ini, namun urung untuk mengatakan kembali pada Pangeran.

Dada Pangeran naik turun, ia mengatur napasnya. Bersama pengawal yang tersisa mereka tengah beristirahat, tak ada harapan, pencarian ini terlalu terburu-buru. Ia belum mengenali medan juga apa pun tentang Hutan Rahasia ini, selalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.

Ada rasa bersalah melihat para pengawal yang kelelahan, terlebih kini ia pun tak tahu arah kembali ke perkemahan.

Pangeran memejamkan mata, mencoba mengingat jalur kembali, pencarian akan dihentikan dan ia akan pulang ke istana untuk mempersiapkan semuanya.
Saat matanya terpejam, ia menangkap sesosok tubuh kecil bersayap yang berkilau. Makhluk ini seperti manusia namun bertubuh mungil, bukan kurcaci, karena bentuknya hanya sebesar capung lengkap dengan sayap yang bercahaya.

Pangeran membuka mata, tak ada makhluk tersebut, ia kembali melihat pemandangan menyedihkan yang sama sebelum ia terpejam tadi. Mimpikah ia? Berhalusinasikah ia? Kembali Pangeran memejamkan matanya.

Peri.... iya sebut makhluk itu peri. Makhluk kecil seperti manusia yang memiliki dua tangan, dua kaki, juga dua telinga, sama... semuanya sama seperti manusia. Hanya ukuran dan sayap yang membedakan. Makhluk kecil itu terbang setara dengan wajah pangeran, mulutnya terbuka dan menutup seperti berbicara, namun terlalu pelan hingga Pangeran tak mampu mendengar apa pun.

Sekuat tenaga Pangeran tak ingin membuka matanya, ia takut akan kehilangan peri tersebut.

Peri kecil itu terbang mejauh dari Pangeran, melihat Pangeran hanya terdiam peri tersebut melambaikan tangan mungilnya, pertanda agar Pangeran mengikutinya.

Aneh, dengan mata terpejam Pangeran mampu melangkah seolah ia terjaga. Melewati jalan berkelok diantara pepohonan besar dengan ranting yang menjuntai, berulang kali Pangeran harus melompat, merangkak bahkan memanjat sebab ini bukan jalur terbuka yang biasa dilewati manusia. Semakin dalam ia memasuki hutan namun semakin sedikit pepohonan besar yang ada.

Baru ia menyadari saat tiba di padang rumput luas dengan kolam air yang berada tepat di tengah-tengah, tanpa pepohonan besar juga tak ada hujan. Peri itu menghilang, dan perlahan Pangeran membuka mata.

Langit masih belum berhenti menurunkan hujan, kilatan cahaya masih menjadi pemandangan mengerikan di atas sana, suara guntur melengkapi keseraman Hutan Rahasia.

Pengawal, kita kembali ke istana, sekarang. Beritakan untuk menggulung tenda saat ini juga, tidak ada waktu untuk menunggu.”

Tentang peri itu bukanlah sebuah mimpi, ia harus mempertanyakannya pada Penasehat Kerajaan. Paman Fyein bukanlah sembarang orang, ia satu-satunya orang Kerajaan yang mempercayai ada kehidupan selain di alam manusia saat yang lain menganggapnya hanya sebuah dongeng dan lelucon belaka.


 Peri itu yang akan membuka kisah ini...

 
Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

4 komentar

Posting Komentar