Tak
seperti para pengawalnya yang ciut ketika mendengar gelegar
halilintar yang menguasai angkasa. Senyum pangeran merekah secerah
mentari pagi yang menyinari bumi.
“Kita
berangkat sekarang pengawal,” ujarnya dengan semangat membara
“Maaf
Pangeran apakah tidak sebaiknya kita tunggu hujan sedikit lebih
tenang dulu?”
Beberapa
pengawal yang lain mengangguk kecil tanda menyetujui usulan tersebut.
“Tidak
bisa, kita belum tahu pasti keberadaan Tuan Putri Hujan. Butuh waktu
untuk mencarinya dan hujan bisa saja berhenti sebelum kita berhasil
menemukannya”
Tak
ada pengawal yang bergerak.
“Baiklah,
kalian boleh tunggu disini, aku bisa pergi sendiri. Oh ya, sampaikan
salam pada paduka raja jika hingga malam nanti aku belum kembali.
Bilang saja aku telah dimakan binatang paling buas di Hutan Rahasia
ini”
Semua
tahu ini sindirian, pengawal kerajaan tidak boleh membantah setiap
perintah Pangeran, juga seharusnya memiliki mental baja yang tak
gentar oleh apa pun yang menghadang.
“Baik
Pangeran, kami siapkan segala perlengkapan”
Pangeran
tahu betul bagaimana memaksa para pengawalnya untuk menuruti setiap
kemauannya. Ia kan Putra Mahkota, sudah sepantasnya mendapatkan
segala yang menjadi kehendaknya.
Hutan
Rahasia pagi itu kelam, awan hitam menjadi atap, kilatan petir
terlihat diantara kanopi pepohonan hijau yang rimbun penuh dedaunan.
Kuda-kuda kerajaan telah dipersiapkan untuk segala medan, mereka
berlari sesuai perintah penunggangnya. Jalanan licin berulang kali
membuat pasukan terperosok, namun tak ada ampun, siapa yang tak kuat
akan ditinggalkan dan boleh kembali ke perkemahan, yang lain
diharuskan melanjutkan pencarian.
Letak
mentari yang biasa digunakan sebagai penunjuk waktu kini tak
terlihat, beberapa pengawal mengira-ngira waktu yang telah mereka
habiskan untuk menyusuri setiap tempat di hutan ini, sudah setengah
hari mungkin. Nihil. Sebagian besar pesimis terhadap pencarian ini,
namun urung untuk mengatakan kembali pada Pangeran.
Dada
Pangeran naik turun, ia mengatur napasnya. Bersama pengawal yang
tersisa mereka tengah beristirahat, tak ada harapan, pencarian ini
terlalu terburu-buru. Ia belum mengenali medan juga apa pun tentang
Hutan Rahasia ini, selalu tergesa-gesa
dalam mengambil keputusan.
Ada
rasa bersalah melihat para pengawal yang kelelahan, terlebih
kini ia pun tak tahu arah
kembali ke perkemahan.
Pangeran
memejamkan mata, mencoba mengingat jalur kembali, pencarian akan
dihentikan dan ia akan pulang ke istana untuk mempersiapkan
semuanya.
Saat
matanya terpejam, ia menangkap sesosok tubuh kecil bersayap yang
berkilau. Makhluk ini seperti manusia namun bertubuh mungil, bukan
kurcaci, karena bentuknya hanya sebesar capung lengkap dengan sayap
yang bercahaya.
Pangeran
membuka mata, tak ada makhluk tersebut, ia kembali melihat
pemandangan menyedihkan yang sama sebelum ia terpejam tadi. Mimpikah
ia? Berhalusinasikah ia? Kembali Pangeran memejamkan matanya.
Peri....
iya sebut makhluk itu peri. Makhluk kecil seperti manusia yang
memiliki dua tangan, dua kaki, juga dua telinga, sama... semuanya
sama seperti manusia. Hanya ukuran dan sayap yang membedakan. Makhluk
kecil itu terbang setara dengan wajah pangeran, mulutnya terbuka dan
menutup seperti berbicara, namun terlalu pelan hingga Pangeran tak
mampu mendengar apa pun.
Sekuat
tenaga Pangeran tak ingin membuka matanya, ia takut akan kehilangan
peri tersebut.
Peri
kecil itu terbang mejauh dari Pangeran, melihat Pangeran hanya
terdiam peri tersebut melambaikan tangan mungilnya, pertanda agar
Pangeran mengikutinya.
Aneh,
dengan mata terpejam Pangeran mampu melangkah seolah ia terjaga.
Melewati jalan berkelok diantara pepohonan besar dengan
ranting yang menjuntai, berulang kali Pangeran harus melompat,
merangkak bahkan memanjat sebab ini bukan jalur terbuka yang biasa
dilewati manusia. Semakin dalam ia memasuki hutan namun semakin
sedikit pepohonan besar yang ada.
Baru
ia menyadari saat tiba di padang rumput luas dengan kolam air yang
berada tepat di tengah-tengah, tanpa pepohonan besar juga tak ada
hujan. Peri itu menghilang, dan perlahan Pangeran membuka mata.
Langit
masih belum berhenti menurunkan hujan, kilatan cahaya masih menjadi
pemandangan mengerikan di atas sana, suara guntur melengkapi
keseraman Hutan Rahasia.
“Pengawal,
kita kembali ke istana, sekarang. Beritakan untuk menggulung tenda
saat ini juga, tidak ada waktu untuk menunggu.”
Tentang
peri itu bukanlah sebuah mimpi, ia harus mempertanyakannya pada
Penasehat Kerajaan. Paman Fyein
bukanlah sembarang orang, ia
satu-satunya orang Kerajaan yang mempercayai ada kehidupan selain di
alam manusia saat yang lain menganggapnya hanya sebuah dongeng dan
lelucon belaka.
Peri itu yang akan membuka kisah ini...
ditolong peri ya, balik ke perkemahannya?
BalasHapusEnggak mbak Lisa... Balik ke perkemahannya biar dipikirin pengawal :v
Hapusperiiiiiiii
BalasHapusIni gak ada lanjutannya yaa?
BalasHapus