Dongeng Tuan Putri Hujan (Putri Clarisse)

9 komentar
Langit hitam kelam, menumpahkan berjuta liter air dengan kecepatan mengagumkan. Tak ada yang mampu menghindar meski gaun plastik yang dirancang penjahit kerajaan termasyur sekalipun.

Putri Clarisse tegak berdiri, hembusan angin kencang tidak menyurutkan niatnya untuk kembali dan menghangatkan diri di dalam kamar megahnya di istana. Walaupun gaun plastik yang dikenakannya toh tidak banyak membantu, ada robek disana-sini akibat ranting pohon yang beterbangan dan menerpanya.

Heem... aku akan meminta Croll untuk membuatkan yang lebih baik lagi.

Wajah kecilnya basah kuyup, kulitnya pucat seperti tak ada darah yang mengalirinya. Giginya gemeletuk, bibirnya membiru, tubuhnya menggigil. Ia melirik langit yang masih menghitam, tak ada tanda-tanda hujan akan segera reda.

Entah berapa lama ia berdiam diri, setia disamping tubuh tuan putri hujan yang mematung. Apa pula maksudnya memayungi tubuh tuan putri, sia-sia. Tubuhnya seperti melayang, tak dirasakan lagi kaki jenjangnya menyentuh tanah, tangan mungilnya tak lagi kuat mengenggam payung dan membiarkan angin menerbangkannya. Limbung, ia tersungkur. Pingsan.


Hari sebelumnya...

Pangeran Marco kembali bersiap untuk pergi ke hutan, tidak... Putra Mahkota Kerajaan Jewel tidak sedang ingin berburu, menurut ahli nujum kepercayaan Raja Mulia hari ini akan turun hujan lebat di Hutan Rahasia, hutan dimana tuan putri hujan mematung. Ia ingin mencari kebenaran dari berita yang beredar, kecewa saat ayahandanya tidak banyak tahu tentang tuan putri hujan.

Saat tiba di hutan, langit biru cerah, semilir angin sepoi-sepoi, hari yang baik untuk berburu. Tapi Pangeran tidak sedang ingin melakukan itu maka ia hanya berkeliling hutan menunggu hujan datang. Hingga malam menjelang hujan tak turun juga, ia mulai meragukan kemampuan ahli nujum kerajaan.
Segera akan aku ganti, begitu janjinya dalam hati.

Lolongan serigala dari dalam hutan terdengar saat bulan sempurna bertahta di atas langit. Bintang berkilauan, mamanjakan setiap mata yang memandang. Berulang kali pengawal meminta untuk kembali saja ke istana, berada di Hutan Rahasia pada malam hari sungguh bukan ide yang baik, namun Pangeran menolak, ia masih menunggu.

Api unggun dinyalakan, tenda didirikan, daging dipersiapkan untuk di panggang, minuman hangat diberikan kepada Pangeran yang bermuram durja.

Malam berlalu, semburat jingga terlihat menawan dari ufuk timur, kicau burung menyemarakkan pagi meski Pangeran berwajah sendu. Tak ada penolakan saat pengawal menawarkan lagi untuk kembali ke istana.

Tunggu.... 

Ada kabar gembira, awan hitam terlihat di barat hutan. Perlahan tetesan menyegarkan membasahi bumi bersama angin yang membawa daun-daun kecil, beterbangan. Sekejap suasana yang begitu hangat dan menentramkan berubah menjadi menyeramkan. Hujan kali ini sungguh lebat, petir menyambar ke segala arah, kilat bersinar di langit kelam, angin besar bersiap menyapu siapa saja yang menghalangi jalannya.

Semua pengawal sibuk menyelamatkan barang-barang kerajaan, memasukkannya ke dalam tenda, semua berlindung dari amukan badai. Namun ada senyum mengembang di wajah Pangeran.


Cerita akan berlanjut di masa yang akan datang....


#LiarkanImajinasi
#Tulisyangbaiksaja


Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

There is no other posts in this category.

9 komentar

Posting Komentar