Halloo semuaa... Perkenalkan aku wong solo, eh salah.. cah klaten lebih tepatnya. Aku tinggal di Klaten namun jarak ke kota lebih dekat jika hendak ke Solo. Panggil saja aku Ci Li, singkatan dari nama panjangku Ciani Limaran. Tapi bolehlah kalau ada yang mau memanggil dengan nama lain, Sayang misal, hhaa (ini becanda.. Serius... Eh, maksudnya serius becandanya.. Ahh, ya begitulah).
Kenapa kenalan lagi sih, Ci?
Memang sih, saya cukup terkenal di kampung ODOP, jadi perkenalan ini bukan untuk kalian. Perkenalan ini untuk mereka yang akhir-akhir ini meminta pertemanan di media sosial. Ada saja setiap harinya, berasa tenar, hhaa.. Boleh aja sih, tidak ada larangan asal jangan inbox yang macam-macam. Apa belum jelas peringatan saya bahwa satpam penjaganya luar biasa mengerikan, hhaa. Tapi saya lebih khawatir dengan apa yang dilakukan penjaga jika kalian mengusik ketenangan gadisnya. Jangan coba-coba.
Oh ya, tapi mengetahui nama seseorang toh tidak selamanya diperlukan. Bukan satu-satunya alasan untuk bisa berinteraksi. Begitulah kira-kira yang aku tangkap dari security salah satu bank swasta di kawasan solo baru.
Aku baru
melihatnya sekitar dua bulan ini, awalnya memang seperti biasa saja
tak ada yang berbeda. Membukakan pintu berlanjut senyum ramah
menawarkan bantuan kepada setiap nasabah yang datang. Begitupun jika
kami sudah menyelesaikan urusan, ucapan "terima kasih" dengan senyum di
wajah menjadi penutup perjumpaan dengan sejuta harapan esok kan
kembali lagi.
Tapi, aku
merasa ada yang berbeda. Semula mungkin hanya anggapanku semata namun
dengan pengamatan beberapa kali ia memang memperlakukanku berbeda.
Aku turun dari lantai dua dimana area teller berada, menyusuri area
customer service yang dari situ jelas terlihat bahwa pintu keluar
yang dalam penjagaannya terbuka. Melihatku semakin mendekat ia
malah menutup pintu, menungguku berhenti tepat di depan pintu,
menanyakan hal yang tidak perlu dan jawabanku seolah password untuk
membuka pintu.
“Sudah
selesai mbak?”
Biasanya
aku hanya tersenyum dan mengangguk, lalu setengah berlari menjauhi
si penjaga pintu.
Sambil
memakai perlengkapan sebelum kembali menyusuri aspal dalam hati berbisik. Masak
iya belum selesai urusannya sudah keluar bank, huh, pertanyaan macam
apa itu.
Tidak boleh baper terlalu cepat, maka aku lupakan kejadian aneh tadi.
Esoknya kembali sapaan dan senyum ramah menjadi penyambut pertama
kali aku tiba di bank, ia yang membantuku mengambil nomor antrian,
ehmm... sebenarnya sebelum anda berada disini saya selalu ambil nomor
antrian sendiri kok, lirih aku bergumam.
Ternyata hari ini cukup ramai, jadilah aku harus sabar menunggu 24
antrian sebelum nomorku dipanggil. Maka aku putuskan untuk kembali ke
tempat kerja yang hanya berjarak tiga menit berkendara dengan
kecepatan rata-rata.
“Loh, kok pulang mbak?”
“Lama”, seruku sebelum melenggang ke tempat parkir.
Dan akhir dari analisaku berakhir di siang ini. Jadi di tempat kerja
sedang sibuk hingga aku terlambat sekitar tiga puluh menit dari
jadwal setor uang. Sampai disana kembali mengangguk membalas sapaan
ramah penjaga pintu. Tertegun sejenak saat si penjaga pintu
menghalangiku untuk mengambil nomor antrian, dari tangannya ia
membuka lipatan kertas dan memberikannya padaku.
“Nunggu satu aja nih mbak”
hah? Buru-buru aku berucap terimakasih dan segera menaiki tangga.
Menarik napas panjang sembari menyamankan posisi duduk, setelah sedikit
tenang mulailah aku mencermati nomor antrian yang sedikit lusuh.
Jam dimana nomor antrian diambil adalah waktu biasanya aku datang,
jika aku belum datang bukankah seharusnya nomor ini berada ditangan
nasabah lain yang datang lebih dulu?
Aku melihat sekeliling, ternyata lumayan ramai. Dan nanti jika salah
satu teller telah menyelesaikan tugasnya melayani nasabah maka
nomorku yang akan dipanggil, sedangkan ibu-ibu yang duduk disampingku
yang jelas lebih dulu datang entah mendapat nomor antrian keberapa.
Tak mau ambil pusing, bukan aku yang meminta. Sedikit beruntung tak
perlu menghabiskan banyak waktu di tempat ini, dengan segera bisa
kembali ke tempat kerja dan merampungkan laporan-laporan yang
menumpuk.
Tapiiii......
Pelayanan macam apa yang ingin ditunjukkan seorang security bank
kepada nasabah sepertiku?
Sudahlah, terima kasih, anda mengerti sekali tentang arti waktu bagi saya.
Hmm dapat layanan istimewa dik ci
BalasHapusHati hati, de cili, nanti ada penjaga lain lagi yang cemburuu..hehhe
BalasHapusHati hati, de cili, nanti ada penjaga lain lagi yang cemburuu..hehhe
BalasHapus